Cara Emak-emak Kurangi Perokok: Rayu Suami Sampai Jadi Ketua RT

Cara Emak-emak Kurangi Perokok: Rayu Suami Sampai Jadi Ketua RT

Firdaus Anwar - detikHealth
Kamis, 30 Agu 2018 19:21 WIB
Cara Emak-emak Kurangi Perokok: Rayu Suami Sampai Jadi Ketua RT
Cara ibu-ibu bantu wujudkan Indonesia bebas asap rokok. Foto: DetikHealth/Firdaus Anwar
Jakarta - Bagi beberapa ibu rumah tangga rokok mungkin jadi satu hal dari suami yang tidak disukai. Ada yang pasrah menerima kebiasaan tersebut tapi ada juga yang berusaha mengubahnya dengan berbagai cara meski sulit karena candu nikotin.

Dalam seminar yang diadakan oleh Jaringan Perempuan Peduli Pengendalian Tembakau (JP3T) di Hotel Grand Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (30/8/2018), ada wanita-wanita yang punya kisah sukses mengubah suami atau lingkungannya menjadi bebas rokok. Mulai dari merayu suami atau mendaftar jadi ketua RT.


Simak kisah-kisah berikut:

Rayu suami

Foto: dok. Thinkstock
Kader Posyandu Penjaringan Muhayati mengaku dulu suaminya adalah seorang perokok berat. Namun lewat rayuan halus bertahun-tahun kebiasaan tersebut perlahan berubah hingga kini diakui suaminya hanya saat-saat tertentu.

"Waktu bujangan itu suami saya merokok sampai dua bungkus per hari. Tapi pas nikah saya bagi jadi satu bungkus ditabung sisanya silahkan merokok cukup satu bungkus. Enam bulan kemudian saya rayu lagi 'jangan satu bungkus coba enam,'" kata Muhayati.

Menurut Muhayati kuncinya rayuan dan ajakan mengurangi rokok dilakukan secara bertahap.

"Memang kita tidak menyetop sekaligus candu rokok. Sudah puluhan tahun suami saya berhasil tidak merokok," pungkasnya.

Ajari anak

Foto: thinkstock
Cara kedua yang dilakukan oleh para ibu untuk mengajak suami atau orang lain berhenti merokok adalah dengan cara mengajari anak-anak. Dengan kepolosannya anak mungkin akan lebih mudah berterus terang mengkritik sesuatu yang dianggap salah, nah hal ini yang diharapkan dapat menyadarkan diri para perokok.

"Kita informasikan kalau ada rokok mendekat anak-anak harus berani negur. 'Pak tolong rokoknya, bapak yang menghisap saya yang kena racunnya'. Ya akhirnya minder," kata Muhayanti.

Jadi ketua RT

Foto: Dok. Thinkstock
Kalau pengalaman Yati dari Kampung Warna-warni Jatinegara dirinya menjadi ketua RT agar bisa membujuk warga meninggalkan rokok. Menurutnya memegang otoritas adalah hal penting supaya suaranya bisa didengar oleh warga kampung.

"Emak-emak harus bisa merebut kekuasaan, kalau kita punya kekuasaan entah itu jadi kader posyandu atau ketua RT RW kita bisa mengatur permainan. Kalau cuma ibu warga biasa ilmu sebagaimana banyaknya disampaikan ke tetangga paling dicibir," ujar Yati.

Pengalaman Yati sendiri sejak terpilih jadi ketua RT ia melarang ada rokok di musala.

"Saya galak karena dulu tuh di musala setiap ada pertemuan warga isinya asap rokok semua. Setelah saya jadi ketua RT enggak ada asap rokok karena setiap pertemuan saya ngomel 'pak tolong rokok dibuang ini adalah tempat ibadah. Masa musala kita kalah sama shuter busway bersih enggak ada asap rokok," pungkasnya.

Ditunjukkan contoh

Foto: thinkstock
Kalau rayuan dan teguran tidak berhasil juga maka langkah yang dilakukan berikutnya bisa dengan memberikan contoh langsung korban penyakit akibat rokok. Tentu saja hal ini mungkin hanya bisa dilakukan bila memiliki kenalan dengan kondisi tersebut.

Halaman 2 dari 5
Kader Posyandu Penjaringan Muhayati mengaku dulu suaminya adalah seorang perokok berat. Namun lewat rayuan halus bertahun-tahun kebiasaan tersebut perlahan berubah hingga kini diakui suaminya hanya saat-saat tertentu.

"Waktu bujangan itu suami saya merokok sampai dua bungkus per hari. Tapi pas nikah saya bagi jadi satu bungkus ditabung sisanya silahkan merokok cukup satu bungkus. Enam bulan kemudian saya rayu lagi 'jangan satu bungkus coba enam,'" kata Muhayati.

Menurut Muhayati kuncinya rayuan dan ajakan mengurangi rokok dilakukan secara bertahap.

"Memang kita tidak menyetop sekaligus candu rokok. Sudah puluhan tahun suami saya berhasil tidak merokok," pungkasnya.

Cara kedua yang dilakukan oleh para ibu untuk mengajak suami atau orang lain berhenti merokok adalah dengan cara mengajari anak-anak. Dengan kepolosannya anak mungkin akan lebih mudah berterus terang mengkritik sesuatu yang dianggap salah, nah hal ini yang diharapkan dapat menyadarkan diri para perokok.

"Kita informasikan kalau ada rokok mendekat anak-anak harus berani negur. 'Pak tolong rokoknya, bapak yang menghisap saya yang kena racunnya'. Ya akhirnya minder," kata Muhayanti.

Kalau pengalaman Yati dari Kampung Warna-warni Jatinegara dirinya menjadi ketua RT agar bisa membujuk warga meninggalkan rokok. Menurutnya memegang otoritas adalah hal penting supaya suaranya bisa didengar oleh warga kampung.

"Emak-emak harus bisa merebut kekuasaan, kalau kita punya kekuasaan entah itu jadi kader posyandu atau ketua RT RW kita bisa mengatur permainan. Kalau cuma ibu warga biasa ilmu sebagaimana banyaknya disampaikan ke tetangga paling dicibir," ujar Yati.

Pengalaman Yati sendiri sejak terpilih jadi ketua RT ia melarang ada rokok di musala.

"Saya galak karena dulu tuh di musala setiap ada pertemuan warga isinya asap rokok semua. Setelah saya jadi ketua RT enggak ada asap rokok karena setiap pertemuan saya ngomel 'pak tolong rokok dibuang ini adalah tempat ibadah. Masa musala kita kalah sama shuter busway bersih enggak ada asap rokok," pungkasnya.

Kalau rayuan dan teguran tidak berhasil juga maka langkah yang dilakukan berikutnya bisa dengan memberikan contoh langsung korban penyakit akibat rokok. Tentu saja hal ini mungkin hanya bisa dilakukan bila memiliki kenalan dengan kondisi tersebut.

(fds/up)

Berita Terkait