Pretty Multihartina, Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan Sekretariat Jenderal Kemenkes RI, menjelaskan kepada detikHealth bahwa alasannya adalah kasus ketiga penyakit tersebut lebih banyak terjadi dan mematikan.
"Kedua, penanganannya lebih sulit dan serius, rabies dan antraks pun juga. Karena iklim Indonesia antraks jadi ada di mana-mana, di tanah, di udara, atau di sapinya, tergantung di mana banyaknya dan menyerangnya. Serta pasti sudah dianalisa ketiganya," tuturnya, Rabu (5/9/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus antraks terakhir dilaporkan tahun 2017di Kulonprogo, Yogyakarta dengan 16 orang antraks kulit dan satu orang suspect antraks di Sleman. Sedangkan flu burung H5N1 pernah menyerang Indonesia sejak 2006 dan menelan 168 korban jiwa.
Walau dalam tiga tahun terakhir disebutkan tidak ada kasus flu burung pada manusia, persebarannya masih banyak ditemukan pada unggas dan bahkan ditemukan mutasi virus baru H9N2 pada tahun 2016. Dikhawatirkan flu burung bisa berpotensi menjadi pandemi di Indonesia.
Sebanyak 80 persen penyakit pandemi berasal dari hewan, atau disebut zoonosis. Indonesia mengantisipasinya dengan beberapa program, seperti One Health Wellfare yang merupakan kolaborasi WHO, FAO dan OIE, aplikasi SIZE (sistem informasi zoonosis dan emerging infectious disease) dari Kemenko PMK dan PIS-PK dari Kemenkes.
Simak Juga 'CERDIK, Tips Kesehatan ala Kemenkes':












































