Jakarta -
Diperkirakan ada 50-60 orang terjebak reruntuhan Hotel Roa Roa usai gempa mengguncang Palu, Sulawesi Tengah. Berbagai kondisi yang dialami korban ikut mempengaruhi peluang bertahan hidup sembari menunggu evakuasi.
Hingga saat ini, tercatat 405 orang meninggal dan 540 orang mengalami luka-luka akibat gempa di Palu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menyebut lebih dari 16 ribu warga di Palu ini tinggal di pengungsian. Jumlah tersebut belum termasuk warga di Donggala dan Sigi, yang juga terdampak gempa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Evakuasi korban yang masih terjebak di reruntuhan menjadi salah satu prioritas utama. Petugas harus berkejaran dengan waktu untuk menjaga peluang bertahan hidup para korban.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini berbagai kondisi yang mempengaruhi peluang survival saat terjebak di dalam reruntuhan.
Suplai makan dan minum terbatas
Korban tanah longsor di Filipina mengirim pesan 'minta tolong' dari dalam reruntuhan. Foto: BBC World
|
Ketika tidak mendapat suplai makanan, tubuh masih bisa memecah lemak untuk dijadikan sumber energi. Bahkan ketika cadangan lemak menipis, tubuh masih bisa memecah protein dari otot dan jaringan tubuh lainnya.Namun tubuh tidak bisa berbuat banyak ketika kadar cairan menipis. Tanpa ada asupan minum yang cukup, tubuh akan mengalami dehidrasi dan lama kelamaan bisa mengalami gangguan fungsi organ vital.
Kerusakan fungsi ginjal
Untung (35) salah satu dari 8 pekerja yang tertimpa reruntuhan bangunan rumah di Pantai Indah Kapuk (PIK) hingga saat ini belum ditemukan. (Eva-detikcom)
|
Dehidrasi yang berlarut-larut juga berdampak pada fungsi ginjal. Kadar cairan tubuh yang menipis membuat darah jadi lebih kental dan membebani kerja ginjal sebagai penyaring darah. Pada titik tertentu, ginjal gagal menjalankan fungsinya dan berhenti memproduksi urine.
Tekanan darah drop
Evakuasi korban gempa yang terjebak reruntuhan Hotel Roa Roa (Foto: ANTARA FOTO/BNPB)
|
Situasi traumatis menyebabkan tekanan darah, yang memperbesar risiko kerusakan ginjal. Ditambah lagi jika terjadi luka dan perdarahan, maka risiko penurunan tekanan darah akan semakin besar. Terganggunya sirkulasi darah turut mempengaruhi peluang bertahan hidup.
Kurang oksigen
Evakuasi korban gempa yang tertimbun bangunan Masjid (Foto: Grandyos Zafna)
|
Beberapa kasus kematian saat terjebak reruntuhan terjadi karena rongga terlalu sempit dan tidak memungkinkan untuk mendapat suplai oksigen dari lingkungan luar. Tubuh memerlukan oksigen untuk bernapas, dan kekurangan oksogen bisa berakibat fatal.Namun sekecil apapun, peluang untuk bertahan hidup selalu ada. Dalam banyak kasus, seseorang bisa bertahan hingga berhari-hari, bahkan hingga hitungan bulan, dalam kondisi ekstrem ketika terjebak reruntuhan.
Ketika tidak mendapat suplai makanan, tubuh masih bisa memecah lemak untuk dijadikan sumber energi. Bahkan ketika cadangan lemak menipis, tubuh masih bisa memecah protein dari otot dan jaringan tubuh lainnya.
Namun tubuh tidak bisa berbuat banyak ketika kadar cairan menipis. Tanpa ada asupan minum yang cukup, tubuh akan mengalami dehidrasi dan lama kelamaan bisa mengalami gangguan fungsi organ vital.
Dehidrasi yang berlarut-larut juga berdampak pada fungsi ginjal. Kadar cairan tubuh yang menipis membuat darah jadi lebih kental dan membebani kerja ginjal sebagai penyaring darah. Pada titik tertentu, ginjal gagal menjalankan fungsinya dan berhenti memproduksi urine.
Situasi traumatis menyebabkan tekanan darah, yang memperbesar risiko kerusakan ginjal. Ditambah lagi jika terjadi luka dan perdarahan, maka risiko penurunan tekanan darah akan semakin besar. Terganggunya sirkulasi darah turut mempengaruhi peluang bertahan hidup.
Beberapa kasus kematian saat terjebak reruntuhan terjadi karena rongga terlalu sempit dan tidak memungkinkan untuk mendapat suplai oksigen dari lingkungan luar. Tubuh memerlukan oksigen untuk bernapas, dan kekurangan oksogen bisa berakibat fatal.
Namun sekecil apapun, peluang untuk bertahan hidup selalu ada. Dalam banyak kasus, seseorang bisa bertahan hingga berhari-hari, bahkan hingga hitungan bulan, dalam kondisi ekstrem ketika terjebak reruntuhan.
(up/up)