Gorengan kerap menjadi pilihan utama karena lebih disukai berbagai kalangan, mudah diolah, dan murah. Namun dikutip dari Healthline, kandungan kalori dan lemak jenuh dalam gorengan lebih tinggi daripada olahan lain. Tingginya kandungan kalori dan lemak jenuh meningkatkan risiko obesitas, diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung.
"Makanan melepaskan air dan menyerap lemak saat digoreng yang meningkatkan kandungan kalorinya. Untuk lemak jenuh, berasal proses hidrogenasi yang terjadi saat pemasanan minyak dalam suhu tinggi. Lemak jenuh pada gorengan lebih sulit diolah tubuh daripada kandungan serupa pada daging dan produk sus atau lemak tak jenuh," kata dietitian Kayla McDonell.
Kandungan lemak jenuh terus meningkat seiring proses pemanasan minyak yang berulang kali (reheating). Kayla mengatakan, riset terhadap 41.518 perempuan selama 8 taun menunjukkan efek konsumsi lemak jenuh pada peningkatan berat badan. Dalam studi tersebut, kenaikan konsumsi lemak jenuh satu persen meningkatkan berat badan sekitar 0,54 kilogram.
Pada perempuan yang mengalami overweight, kenaikan berat badan leih besar sekitar 1,04 kilogram. Kenaikan berat badan tidak terjadi pada perempuan yang mengonsumsi lemak tidak jenuh. Dengan fakta ini, gorengan tidak dianjurkan sebagai menu pokok atau pendamping setiap hari.
Tonton juga 'Benarkah Gorengan Plastik Lebih Renyah?':
(up/up)