Guangzhou -
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan akan terjadi 'ledakan' pada pengidap kanker di tahun 2030. Seiring dengan hal tersebut, teknologi yang semakin maju terus mendorong perkembangan pengobatan pada kanker, seperti misalnya cryosurgery atau prosedur penghancuran tumor dengan pendinginan ekstrem.
Fuda Cancer Hospital di Guangzhou, China, menjadi salah satu rumah sakit kanker yang menerapkan prosedur tersebut sejak tahun 2000. Cryosurgery sendiri sudah disetujui oleh Administrasi Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA) sejak 1998 dan Administrasi Pangan dan Obat-obatan China pada 1999, dikutip dari situs rumah sakit tersebut.
Sudah lebih dari 10 ribu kasus ablasi cryosurgery dilakukan di Fuda Cancer Hospital, beberapa di antaranya adalah pasien asal Indonesia. Menurut penuturan direktur konsultan kantor cabang Fuda di Indonesia, dr Liu Zhengping, sekitar 500-an warga RI berobat ke Fuda tiap tahunnya dengan jumlah kanker payudara yang terbanyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prosedur cryosurgery kerap menjadi pilihan warga RI saat berobat ke China, khususnya Guangzhou. Prosedur ini dilakukan dengan invasif minimal, atau pengobatan kanker tanpa operasi. detikHealth berkesempatan melihat langsung proses cryosurgery ini sejak awal hingga akhir di Fuda Cancer Hospital Guangzhou.
Penentuan lokasi tumor
Foto: Frieda Isyana Putri/detikHealth
|
Pasien biasanya akan ditawarkan beberapa pengobatan usai menerima diagnosis. Cryosurgery umumnya menjadi pilihan utama pasien dan akan ditawarkan apabila pasien tersebut sudah melakukan pengobatan lain sebelumnya yang tidak membuahkan hasil.
Sebelum dioperasi, akan dilakukan USG terlebih dahulu pada pasien untuk menentukan lokasi dan ukuran tumor. Cryosurgery biasanya dilakukan melalui intraoperative, endoskopik atau percutaneous routes (melalui suntikan bukan pembedahan). Pasien diminta berpuasa sekitar 12 jam sebelumnya.
Pembekuan dan pencairan
Foto: Frieda Isyana Putri/detikHealth
|
Setelah dibius total, dokter akan memulai prosedur cryosurgery. Dipandu dengan real-time ultrasound, dokter akan memasukkan cryoprobe atau jarum yang akan menyalurkan gas argon helium yang nantinya akan membekukan tumor.
Saat di suhu di ujung jarum mencapai minus 40 derajat celcius, 'bola es' akan terbentuk dan melingkupi tumor hingga membeku. Kira-kira dibutuhkan 5-10 menit untuk proses pembekuan yang bisa diamati dan ditinjau lewat ultrasound.
Jika tumor dan sel kanker telah membeku, maka proses selanjutnya adalah pencairan untuk menarik jarum cryoprobe keluar kembali. Biasanya dua hingga tiga siklus pembekuan atau pencairan ini dilakukan bergantung pada lokasi dan ukuran tumor.
Pemulihan
Foto: Frieda Isyana Putri/detikHealth
|
Kebanyakan para pasien kanker bisa langsung pulang dalam sehari-dua hari atau bahkan beberapa jam setelah menjalani cryosurgery. Akan tetapi jika prosedur ini dilakukan pada organ internal, misal pada pasien kanker pankreas, maka dibutuhkan beberapa hari tetap di rumah sakit.
Ada sebuah teori di mana saat dilakukan prosedur ini, sistem imun tubuh menjadi sensitif terhadap penghancuran tumor. Beberapa jaringan primer tumor tidak rusak setelah prosedur ini dan jika ada anak sebar sel kanker akan dihancurkan pula oleh sistem imun, yang merupakan sebuah respons yang disebut 'cryo-immunological response'.
Efek samping
Foto: Frieda Isyana Putri/detikHealth
|
Sebagai salah satu prosedur yang diklaim terbaik bagi pengobatan kanker, cryosurgery juga memiliki efek samping yang lebih kecil ketimbang operasi pembedahan. Ada pendarahan, nyeri dan mati rasa.
"Ada lagi ini jaringan sekitar lokasi tumor abis di-cryo ikut mengeras dan mati rasa. Kalau dipegang keras, kayak pegang kayu," tutur Mary Laurensia (49) seorang pasien kanker payudara stadium 3B asal Indonesia yang pernah menjalani cryosurgery di Fuda, saat berbincang dengan detikHealth.
Walaupun bukan barang baru, telah diterapkan di beberapa negara termasuk China dan disebut aman serta memiliki invasif minimal, masih banyak studi dan penelitian dibutuhkan untuk menguji efek samping dalam jangka panjang dan keefektifan dari prosedur ini.
Pasien biasanya akan ditawarkan beberapa pengobatan usai menerima diagnosis. Cryosurgery umumnya menjadi pilihan utama pasien dan akan ditawarkan apabila pasien tersebut sudah melakukan pengobatan lain sebelumnya yang tidak membuahkan hasil.
Sebelum dioperasi, akan dilakukan USG terlebih dahulu pada pasien untuk menentukan lokasi dan ukuran tumor. Cryosurgery biasanya dilakukan melalui intraoperative, endoskopik atau percutaneous routes (melalui suntikan bukan pembedahan). Pasien diminta berpuasa sekitar 12 jam sebelumnya.
Setelah dibius total, dokter akan memulai prosedur cryosurgery. Dipandu dengan real-time ultrasound, dokter akan memasukkan cryoprobe atau jarum yang akan menyalurkan gas argon helium yang nantinya akan membekukan tumor.
Saat di suhu di ujung jarum mencapai minus 40 derajat celcius, 'bola es' akan terbentuk dan melingkupi tumor hingga membeku. Kira-kira dibutuhkan 5-10 menit untuk proses pembekuan yang bisa diamati dan ditinjau lewat ultrasound.
Jika tumor dan sel kanker telah membeku, maka proses selanjutnya adalah pencairan untuk menarik jarum cryoprobe keluar kembali. Biasanya dua hingga tiga siklus pembekuan atau pencairan ini dilakukan bergantung pada lokasi dan ukuran tumor.
Kebanyakan para pasien kanker bisa langsung pulang dalam sehari-dua hari atau bahkan beberapa jam setelah menjalani cryosurgery. Akan tetapi jika prosedur ini dilakukan pada organ internal, misal pada pasien kanker pankreas, maka dibutuhkan beberapa hari tetap di rumah sakit.
Ada sebuah teori di mana saat dilakukan prosedur ini, sistem imun tubuh menjadi sensitif terhadap penghancuran tumor. Beberapa jaringan primer tumor tidak rusak setelah prosedur ini dan jika ada anak sebar sel kanker akan dihancurkan pula oleh sistem imun, yang merupakan sebuah respons yang disebut 'cryo-immunological response'.
Sebagai salah satu prosedur yang diklaim terbaik bagi pengobatan kanker, cryosurgery juga memiliki efek samping yang lebih kecil ketimbang operasi pembedahan. Ada pendarahan, nyeri dan mati rasa.
"Ada lagi ini jaringan sekitar lokasi tumor abis di-cryo ikut mengeras dan mati rasa. Kalau dipegang keras, kayak pegang kayu," tutur Mary Laurensia (49) seorang pasien kanker payudara stadium 3B asal Indonesia yang pernah menjalani cryosurgery di Fuda, saat berbincang dengan detikHealth.
Walaupun bukan barang baru, telah diterapkan di beberapa negara termasuk China dan disebut aman serta memiliki invasif minimal, masih banyak studi dan penelitian dibutuhkan untuk menguji efek samping dalam jangka panjang dan keefektifan dari prosedur ini.
(frp/up)