"Polusi udara meracuni jutaan anak dan menghancurkan hidup mereka. Ini tidak bisa dimaafkan. Tiap anak berhak untuk bernapas dengan udara segar dan bersih sehingga mereka dapat tumbuh dan mengembangkan potensial mereka," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, dalam pernyataan resminya.
Anak-anak bernapas lebih cepat sehingga mudah menyerap dan menjadikan mereka rentan terhadap efek dari polusi udara.Udara yang berpolusi dapat menyebabkan mulai penurunan kecerdasan hingga obesitas, infeksi telinga, kanker anak, asma, fungsi paru yang melemah, pneumonia, dan beberapa jenis infeksi pernapasan akut.
Dr Maria Neira, kepala determinan kesehatan lingkungan, menyebutkan adanya penemuan utama yang mengkhawatirkan termasuk bukti polusi juga menyebabkan kelahiran mati dan prematur, serta penyakit yang terbawa ke masa dewasa, seharusnya mengarah pada perubahan kebijakan secara global.
"Yang penting juga adalah masalah perkembangan saraf (neuro-development) ini. Bayangkan anak-anak kita akan memiliki IQ kognitif yang rendah. Kita berbicara tentang menempatkan risiko generasi baru memiliki penurunan IQ. Ini bukan hanya hal yang baru namun juga sangat-sangat mengagetkan," ujarnya.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para orang tua untuk mengurangi hal ini, seperti mengurangi penggunaan bahan bakar berpolusi untuk memasak, memanaskan, atau penerangan (seperti kayu bakar, misalnya) dan tidak merokok. Dan lagi, sebagian besar negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin menjadi lokasi dengan polusi udara terburuk.
Baru-baru ini, saat perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta, Greenpeace Indonesia menyebut kualitas udaranya sangat buruk. Parameter udara dikatakan berada dalam PM2.5 dan sangat tidak sehat, di mana WHO menyebut 98 persen balita di negara berkembang terpapar dengan kualitas udara ini.
Tonton juga 'Tiap Tahun, 600.000 Anak 'Terbunuh' Polusi Udara':
(frp/up)