5 Risiko Kesehatan yang Dihadapi Penyelam Selain Dekompresi

5 Risiko Kesehatan yang Dihadapi Penyelam Selain Dekompresi

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Sabtu, 03 Nov 2018 17:07 WIB
5 Risiko Kesehatan yang Dihadapi Penyelam Selain Dekompresi
Kegiatan menyelam. Foto: Ardian Fanani
Jakarta - Penyelam bernama Syachrul Anto meninggal dunia saat mencari Lion Air JT 610 yang jatuh pada Senin (29/10) kemarin. Saat ditemukan mengapung di permukaan laut, ia sudah dalam kondisi tak sadarkan diri, diduga mengalami dekompresi saat menyelam yang kemudian merenggut nyawanya.

Penyelaman atau scuba diving merupakan aktivitas yang cukup aman, namun ada banyak risiko kesehatan yang dapat terjadi sehingga harus tetap diwaspadai.

"Salah satu elemen paling berbahaya saat menyelam adalah perubahan tekanan ambien. Saat kamu meningkatkan tekanan di sekitar tubuhmu, gas dalam tubuh juga mengalami perubahan yang berdampak pada organ-organ yang mengandung udara," kata Robert Quigley, MD, DPhil dari Americas for International SOS, dikutip dari Everyday Health.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perubahan pada tekanan juga mengubah kuantitas gas yang melebur dalam aliran darah dan jaringan tubuh, yang bisa berujung pada risiko kesehatan serius atau barotrauma (rasa sakit atau nyeri disebabkan perubahan tekanan). Oleh karena itu jika kamu berencana ingin menyelam, waspada potensi risiko kesehatan barotrauma berikut ini yang dapat terjadi:

Vertigo

Foto: Thinkstock
Seorang penyelam berisiko alami saat kondisinya tidak terlalu bagus. Vertigo menjadi gejala serius dari barotrauma, dan sensasi berputar-putar sangat berbahaya jika dialami di bawah laut karena bisa menyebabkan disoritentasi.

Cara terbaik untuk menghindari situasi berbahaya di dalam air ini adalah tidak menyelam saat merasa demam atau punya alergi. Jika terjadi, biasanya disarankan untuk istirahat atau bed rest, kadang-kadang juga dibutuhkan pengobatan.

Tinnitus

Foto: Thinkstock
Tiba-tiba telingamu berdenging? Itu tandanya tinnitus. Jika kamu menyelam dalam keadaan bermasalah di area kepala atau telinga, bisa berisiko tinggi.

"Vertigo dan tinnitus yang disebabkan oleh penyelaman scuba kemungkinan dipicu oleh cedera dalam telinga. Biasanya disebabkan oleh masalah saat membersihkan saluran Eustachia (saluran telinga)," kata Dr Jed A Kwartler, seorang dokter otologi dan neurotologi di Summit Medical Group New Jersey.

Apabila tak dapat menghilangkan tekanan, maka sejumlah besar tekanan akan berpindah ke telinga bagian dalam. Kondisi ini bisa berisiko merusak membran yang rapuh. Dr Kwartler menyarankan untuk tidak menyelam jika sedang demam atau batuk-batuk.

Embolisme dan Kerusakan paru

Foto: Thinkstock
Scuba diving juga dapat menyebabkan barotrauma yang merusak paru-paru. Yakni arterial gas embolisme (AGE) atau embolisme gas arteri saat hendak menuju permukaan usai menyelam. AGE adalah salah satu bentuk dari kondisi dekompresi.

Gas dalam paru-paru akan mengembang terlalu cepat dan merobek jaringannya. Gelembung-gelembung air besar dapat bocor ke dalam aliran darah, yang dapat menyumbat sirkulasi darah ke tempat-tempat penting seperti otak, jantung, dan kaki-tangan.

Gejala yang ditimbulkan biasanya nyeri yang teramat sangat. Dr Quigley mengatakan kondisi ini serius dan membutuhkan penanganan medis darurat. Dalam beberapa kasus bisa fatal. Kabasarnas Marsdya M Syaugi menyebut Syachrul sempat dimasukkan ke dalam bilik hiperbarik sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir.

"Penanganannya melibatkan bilik hiperbarik. Dengan tinjauan profesional medis, penyelam yang mengalami diletakkan di dalam billik dan tekanan ditingkatkan. Sehingga menyebabkan gelembung gas di dalam tubuh lenyap. Lalu tekanan dalam bilik perlahan diturunkan. Penanganan ini mungkin dibutuhkan berulang untuk memastikan pemulihan," terang Dr Quigley.

Hipotermia

Foto: Reuters
Hipotermia dapat terjadi khususnya jika kamu menyelam di air yang dingin. Dr Quigley menyebut cara terbaik untuk menghindarinya adalah menggunakan alat yang benar dan baik, serta menyelamlah dengan dipandu profesional yang terlatih.

"Pakailah baju selam yang berkualitas dan cukup tebal, terutama jika kamu menyelam di air dingin. Gunakan penutup kepala yang sesuai karena sangat penting untuk melindungi kepala sebagai area yang berpotensi mengalami kehilangan panas secara signifikan," sarannya.

Tidak bisa langsung naik pesawat

Foto: detik
Usai menyelam, sebisa mungkin jangan langsung melakukan penerbanangan. Perubahan ekstrem pada tekanan tubuh bisa berisiko bagi kesehatan.

Kasus-kasus dekompresi biasanya terjadi pada penyelam yang langsung terbang usai menyelam, seperti penyelam SAR yang menaiki helikopter saat pencarian. Dr Quigley menyarankan untuk tetap waspada dan disarankan setidaknya menunggu kurang lebih 12 jam setelah sekali menyelam dan 18 jam setelah penyelaman terakhir jika kamu menyelam berkali-kali

Halaman 2 dari 6
Seorang penyelam berisiko alami saat kondisinya tidak terlalu bagus. Vertigo menjadi gejala serius dari barotrauma, dan sensasi berputar-putar sangat berbahaya jika dialami di bawah laut karena bisa menyebabkan disoritentasi.

Cara terbaik untuk menghindari situasi berbahaya di dalam air ini adalah tidak menyelam saat merasa demam atau punya alergi. Jika terjadi, biasanya disarankan untuk istirahat atau bed rest, kadang-kadang juga dibutuhkan pengobatan.

Tiba-tiba telingamu berdenging? Itu tandanya tinnitus. Jika kamu menyelam dalam keadaan bermasalah di area kepala atau telinga, bisa berisiko tinggi.

"Vertigo dan tinnitus yang disebabkan oleh penyelaman scuba kemungkinan dipicu oleh cedera dalam telinga. Biasanya disebabkan oleh masalah saat membersihkan saluran Eustachia (saluran telinga)," kata Dr Jed A Kwartler, seorang dokter otologi dan neurotologi di Summit Medical Group New Jersey.

Apabila tak dapat menghilangkan tekanan, maka sejumlah besar tekanan akan berpindah ke telinga bagian dalam. Kondisi ini bisa berisiko merusak membran yang rapuh. Dr Kwartler menyarankan untuk tidak menyelam jika sedang demam atau batuk-batuk.

Scuba diving juga dapat menyebabkan barotrauma yang merusak paru-paru. Yakni arterial gas embolisme (AGE) atau embolisme gas arteri saat hendak menuju permukaan usai menyelam. AGE adalah salah satu bentuk dari kondisi dekompresi.

Gas dalam paru-paru akan mengembang terlalu cepat dan merobek jaringannya. Gelembung-gelembung air besar dapat bocor ke dalam aliran darah, yang dapat menyumbat sirkulasi darah ke tempat-tempat penting seperti otak, jantung, dan kaki-tangan.

Gejala yang ditimbulkan biasanya nyeri yang teramat sangat. Dr Quigley mengatakan kondisi ini serius dan membutuhkan penanganan medis darurat. Dalam beberapa kasus bisa fatal. Kabasarnas Marsdya M Syaugi menyebut Syachrul sempat dimasukkan ke dalam bilik hiperbarik sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir.

"Penanganannya melibatkan bilik hiperbarik. Dengan tinjauan profesional medis, penyelam yang mengalami diletakkan di dalam billik dan tekanan ditingkatkan. Sehingga menyebabkan gelembung gas di dalam tubuh lenyap. Lalu tekanan dalam bilik perlahan diturunkan. Penanganan ini mungkin dibutuhkan berulang untuk memastikan pemulihan," terang Dr Quigley.

Hipotermia dapat terjadi khususnya jika kamu menyelam di air yang dingin. Dr Quigley menyebut cara terbaik untuk menghindarinya adalah menggunakan alat yang benar dan baik, serta menyelamlah dengan dipandu profesional yang terlatih.

"Pakailah baju selam yang berkualitas dan cukup tebal, terutama jika kamu menyelam di air dingin. Gunakan penutup kepala yang sesuai karena sangat penting untuk melindungi kepala sebagai area yang berpotensi mengalami kehilangan panas secara signifikan," sarannya.

Usai menyelam, sebisa mungkin jangan langsung melakukan penerbanangan. Perubahan ekstrem pada tekanan tubuh bisa berisiko bagi kesehatan.

Kasus-kasus dekompresi biasanya terjadi pada penyelam yang langsung terbang usai menyelam, seperti penyelam SAR yang menaiki helikopter saat pencarian. Dr Quigley menyarankan untuk tetap waspada dan disarankan setidaknya menunggu kurang lebih 12 jam setelah sekali menyelam dan 18 jam setelah penyelaman terakhir jika kamu menyelam berkali-kali

(frp/up)

Berita Terkait