Mengenyam bangku sekolah di SDN 10 Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang jaraknya tiga kilometer dari rumahnya, setiap hari Adul harus merangkak untuk mencapai sekolahnya itu.
Menurut wali kelasnya di kelas tiga, Euis Khadijah (53), Adul merupakan anak yang aktif dan cerdas serta cepat tanggap saat belajar di kelas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanya diterima karena kita belum tahu IQ-nya seperti apa, makanya dijalani dulu. Ternyata dia sama seperti yang lainnya, kita kan nggak memandang bulu, kita nggak pandang dari postur tubuhnya, yang penting dia bisa mengikuti (pelajaran)," lanjut Euis.
Adul sendiri mengaku bahwa dirinya tidak kesulitan dalam belajar di sekolah ditambah dengan teman-teman yang juga sangat peduli padanya. Namun, ia mengaku pada detikHealth bahwa tidak menyukai pelajaran Matematika.
"(Suka) Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda. Nggak suka MTK (Matematika)," ungkap Adul.
Meski demikian, Adul tetap semangat belajar untuk meraih cita-citanya, yaitu menjadi pemadam kebakaran walaupun harus menempuh jarak yang cukup jauh ke sekolah dengan merangkak.
"(Mau jadi) pemadam kebakaran, pengin nolong orang kena musibah," tuturnya.
Cita-citanya ingin menjadi pemadam kebakaran. Foto: Widiya Wiyanti/detikHealth |
Ibunya, Pipin (45) pun merasa bahagia memiliki anak yang berhati besar dan bersemangat tinggi untuk mengenyam pendidikan walau kondisi fisiknya tidak sesempurna anak lainnya.
"Adul semangat, nggak malu, nggak minder. Masa ibunya harus minder. Dari situ sampai sekarang Alhamdulillah orang mau bilang apa juga kita sudah kebal," tutupnya.












































Cita-citanya ingin menjadi pemadam kebakaran. Foto: Widiya Wiyanti/detikHealth