Sayang, pintarnya masyarakat Indonesia masih dibayangi stigma soal HIV AIDS. Dikutip dari detikNews, tiga orang siswa dari Samosir, Sumatera Utara tak lagi bersekolah karena mengidap HIV. Orangtua para siswa di sekolah terkait khawatir anaknya tertular virus yang menyebabkan AIDS. Padahal HIV bukan virus yang mudah menular, misal influenza, yang memanfaatkan udara bebas.
"Pengetahuan tak selalu sejalan dengan penghapusan stigma HIV AIDS. Artinya, pengetahuan bisa saja makin baik namun stigma masih ada di masyarakat. Perlu ada langkah lain untuk menangani stigma HIV AIDS di masyarakat," kata Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition (IAC) Aditya Wardhana pada detikHealth, Jumat (30/11/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut aktivis yang kerap disapa Edo ini, kemunculan stigma tak lepas dari pola pikir masyarakat Indonesia. HIV AIDS dianggap sebagai dampak dari tingkah laku yang melanggar norma atau ketentuan yang berlaku. Cap sebagai pendosa inilah yang menyebabkan pengidap HIV AIDS mengalami diskriminasi dalam hidup bermasyarakat.
Stigma tentunya tak bisa dihapus hanya dengan melakukan pendekatan medis. Pendekatan juga harus menyinggung aspek kehidupan sosial masyarakat, misal keagamaan. Keyakinan pengidap HIV AIDS sama dengan manusia lain memudahkan penerimaan di lingkungan masyarakat, yang bisa berdampak positif pada kepatuhan pengobatan dan kehidupan penyandang HIV AIDS selanjutnya.











































