Jakarta -
Selain stigma, penyakit human immunodeficiency virus infection dan acquired immune deficiency syndrome (HIV-AIDS) juga dipenuhi beragam hoax. Berbagai berita yang tidak terbukti kebenarannya ini merugikan pengidap HIV-AIDS. Misal mengalami penolakan dan tidak bisa mengakses layanan kesehatan.
Dengan mengetahui kebenaran atas hoax yang beredar, masyarakat diharapkan tidak lagi mudah percaya dan bisa memperlakukan penyandang HIV-AIDS lebih baik. Berikut beberapa jenis hoax HIV-AIDS dikutip dari berbagai sumber.
Virus menular lewat penggunaan pisau cukur
Foto: thinkstock
|
Menggunakan pisau cukur bersama Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) tidak serta merta akan langsung menularkan penyakit ini. Risiko penularan ada bila terluka hingga darahnya mengotori pisau cukur.
Pengguna selanjutnya berisiko tertular HIV-AIDS, jika ikut mengalami luka akibat pisau cukur yang sama. Kemungkinan penularan juga terjadi jika pisau cukur yang terkena darah ODHA kontak dengan lapisan mukosa pengguna berikutnya di mata, hidung, dan mulut.
Virus menular lewat perlengkapan makan dan kaleng
Foto: thinkstock
|
Air liur yang menempel pada perlengkapan makan dianggap mampu menularkan virus dari ODHA kepada lingkungan sekitar. HIV memang menular lewat cairan tubuh. Namun cairan tersebut bukan air liur atau air mata, melainkan darah dan cairan yang keluar saat berhubungan seksual.Terkait makanan dalam kaleng yang disuntikkan darah mengandung HIV, masyarakat bisa mempraktikkan peringatan ini dalam kehidupan setiap hari. Makanan yang kalengnya sudah rusak, kadaluwarsa, atau informasi dalam label tidak terbaca jelas sebaiknya urung dibeli. Kerusakan kemasan menandakan makanan yang sudah kadaluwarsa, tak berijin, atau berdampak buruk jika dikonsumsi.
Virus menular lewat ciuman dan air di kolam renang
Foto: thinkstock
|
Virus HIV memang ditemukan dalam air liur, namun jumlahnya tidak cukup untuk menularkannya pada orang lain. HIV paling banyak terdapat dalam sel T yang merupakan bagian dari darah putih manusia. Sel T selanjutnya banyak ditemukan di darah merah, cairan vagina, air mani, dan Air Susu Ibu (ASI).Hoax penularan HIV dalam air kolam renang sempat heboh beberapa waktu lalu. Faktanya, air kolam renang mengandung kaporit yang bertujuan menjaga kebersihannya. Selain itu, HIV tak bisa menula dengan media air kolam renang.
Virus menular lewat jarum suntik di kursi bioskop
Foto: iStock
|
Sama dengan penularan di kolam renang, hoax jarum suntik di kursi bioskop juga sempat heboh. Gosipnya, aksi ini dilakukan pengidap HIV-AIDS yang dendam dan ingin mencari 'teman' sebanyak-banyaknya. Faktanya, HIV tak mungkin hidup tanpa inang yang merupakan benda hidup misal darah dan ASI.Penggunaan jarum suntik, juga melatari hoax penularan HIV lewat pemeriksaan gula darah dan kolesterol. Faktanya, jarum yang digunakan untuk pemeriksaan hanya boleh digunakan sekali. Untuk pemakaian selanjutnya harus ganti jarum untuk menekan berbagai risiko infeksi.
Obat Antiretroviral (ARV) sebabkan kerusakan hati
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
ARV sampai saat ini menjadi terapi yang paling efektif menghadapi HIV-AIDS. ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang diperlukan virus untuk menggandakan diri. Obat harus dikonsumsi sesuai yang diresepkan dokter.
Obat ARV harus segera dikonsumsi setelah pasien positif HIV-AIDS. Konsumsi secepatnya memudahkan pengendalian virus.
Menggunakan pisau cukur bersama Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) tidak serta merta akan langsung menularkan penyakit ini. Risiko penularan ada bila terluka hingga darahnya mengotori pisau cukur.
Pengguna selanjutnya berisiko tertular HIV-AIDS, jika ikut mengalami luka akibat pisau cukur yang sama. Kemungkinan penularan juga terjadi jika pisau cukur yang terkena darah ODHA kontak dengan lapisan mukosa pengguna berikutnya di mata, hidung, dan mulut.
Air liur yang menempel pada perlengkapan makan dianggap mampu menularkan virus dari ODHA kepada lingkungan sekitar. HIV memang menular lewat cairan tubuh. Namun cairan tersebut bukan air liur atau air mata, melainkan darah dan cairan yang keluar saat berhubungan seksual.
Terkait makanan dalam kaleng yang disuntikkan darah mengandung HIV, masyarakat bisa mempraktikkan peringatan ini dalam kehidupan setiap hari. Makanan yang kalengnya sudah rusak, kadaluwarsa, atau informasi dalam label tidak terbaca jelas sebaiknya urung dibeli. Kerusakan kemasan menandakan makanan yang sudah kadaluwarsa, tak berijin, atau berdampak buruk jika dikonsumsi.
Virus HIV memang ditemukan dalam air liur, namun jumlahnya tidak cukup untuk menularkannya pada orang lain. HIV paling banyak terdapat dalam sel T yang merupakan bagian dari darah putih manusia. Sel T selanjutnya banyak ditemukan di darah merah, cairan vagina, air mani, dan Air Susu Ibu (ASI).
Hoax penularan HIV dalam air kolam renang sempat heboh beberapa waktu lalu. Faktanya, air kolam renang mengandung kaporit yang bertujuan menjaga kebersihannya. Selain itu, HIV tak bisa menula dengan media air kolam renang.
Sama dengan penularan di kolam renang, hoax jarum suntik di kursi bioskop juga sempat heboh. Gosipnya, aksi ini dilakukan pengidap HIV-AIDS yang dendam dan ingin mencari 'teman' sebanyak-banyaknya. Faktanya, HIV tak mungkin hidup tanpa inang yang merupakan benda hidup misal darah dan ASI.
Penggunaan jarum suntik, juga melatari hoax penularan HIV lewat pemeriksaan gula darah dan kolesterol. Faktanya, jarum yang digunakan untuk pemeriksaan hanya boleh digunakan sekali. Untuk pemakaian selanjutnya harus ganti jarum untuk menekan berbagai risiko infeksi.
ARV sampai saat ini menjadi terapi yang paling efektif menghadapi HIV-AIDS. ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang diperlukan virus untuk menggandakan diri. Obat harus dikonsumsi sesuai yang diresepkan dokter.
Obat ARV harus segera dikonsumsi setelah pasien positif HIV-AIDS. Konsumsi secepatnya memudahkan pengendalian virus.
(fds/fds)