Jakarta -
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, kanker mulut mencapai sekitar 5,6 persen kasus dari keseluruhan kasus kanker di Indonesia. Walau masih terhitung kanker yang cukup jarang, namun dengan mempertimbangkan faktor risikonya yang terkait dengan gaya hidup, diperkirakan angkanya akan meningkat.
"Tidak ada satupun kanker yang disebabkan oleh satu faktor saja, selalu sifatnya multifaktorial. Satu faktor dengan faktor lainnya akan berinteraksi dalam waktu tertentu untuk menghasilkan satu kelainan yang dapat dilihat secara klinis," tutur Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia (ISPMI), drg Rahmi Amtha, MDS, SpPM, PhD, pada acara Cegah Kematian Akibat Kanker Rongga Mulut dengan Deteksi Dini Lesi Pra Kanker di DLab Cocowork, Jakarta Pusat, Kamis (13/12/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 2013, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 3 hal yang menjadi faktor risiko utama dalam penyakit kanker mulut, yakni tembakau, alkohol dan buah pinang (menyirih). Bersamaan dengan ketiga hal tersebut, dr Rahma juga memaparkan 4 hal lainnya yang jadi faktor risiko:
Tembakau
Foto: Ardan Adhi Chandra
|
Tembakau biasa dikonsumsi dengan dengan dibakar seperi merokok atau penggunaan pipa atau cerutu. Asap yang dihasilkan bersifat karsinogenik dan telah diketahui secara luas dapat mengakibatkan tak hanya kanker mulut namun banyak jenis kanker lainnya.Ada juga tembakau yang tidak dibakar yakni dengan mengunyah, yang masih dilakukan oleh beberapa orang di dunia. drg Sri Hananto Seno, SpBM(K), MM menambahkan faktor ini sangat mengkhawatirkan mengingat data Riskesdas 2018 mencatat kenaikan perokok remaja hingga 9,1 persen.
"Merokok memang saat ini penyebabnya yang populer, ada yang bilang katanya dalam sebatang rokok ada 1000 'solusi' makanya susah berhenti. Tapi sebenernya malah 1000 penyakit. Rokok pada remaja sekarang naik, digunakan untuk mencari identitas katanya," kata pria yang juga menjabat sebagai ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) ini.
Alkohol
Foto: Agung Pambudhy
|
dr Rahmi menjelaskan kandungan ethanol dalam alkohol bisa meningkatkan pelebaran pori-pori (permeabilitas) mukosa mulut dan menyebabkan zat-zat karsinogenik yang berasal dari manapun masuk dengan lancar ke dalam pembuluh darah."Jadi masuknya bisa mulus kayak jalan tol. (Karsinogenik ini) bisa dari makanan atau minuman apa saja yang kita makan," imbuhnya.
Buah pinang
Foto: Muhammmad Ridho
|
Menyirih atau mengunyah sirih masih dilakukan oleh beberapa warga Indonesia. Biasanya di dalam daun sirih terdapat rempah-rempah, tembakau dan buah pinang baik tua maupun muda."Sirihnya sendiri tidak menimbulkan masalah karena mengandung antiseptik. Namun buah pinang disebutkan oleh WHO pada tahun 2003 bahwa mengandung 4 bahan karsinogenik yakni arecoline, arecaidine, guvacine, guvacoline," kata dr Rahmi.
Tak hanya di Indonesia, India, Pakistan dan Bangladesh juga masih melakukan praktek menyirih ini. Masih banyaknya masyarakat yang melakukannya karena diklaim dapat membuat tubuh lebih fit dan menjadi keharusan dalam keseharian di budayanya.
Virus
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Virus yang berisiko menyebabkan kanker adalah Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18, yang juga dapat menyebabkan kanker serviks atau leher rahim pada wanita. Perubahan perilaku seksual seperti melakukan seks oral sangat berisiko menularkan virus ini ke rongga mulut.
"Perubahan pola seks memicu risiko kanker mulut memang iya. Bukan cuma HPV tapi virus-virus yang lain juga seperti herpes simplex tipe 2, yang biasanya ada di kelamin ditemukan juga di rongga mulut. Hasil penelitian dr Deni Joko menunjukkan bahwa 30 persen orang yang kena kanker mulut, ternyata saat dibiopsi atau diambil jaringannya ditemukan HPV 18 yang banyak ditemukan di genital," tutur dr Rahmi.
Ditambahkan oleh spesialis penyakit mulut Dr drg Febrina Rahmayanti, SpPM(K), oral seks bisa sangat berisiko apabila ada luka minor di rongga mulut, berganti-ganti pasangan, anal seks atau ada karang gigi. Kebersihan rongga mulut juga tidak menjamin bebas dari risiko ini.
Pola makan
Foto: Istimewa
|
Dari tahun 1997, Amerika Serikat telah melakukan riset soal kontribusi pola makan terhadap risiko terkena kanker. Ditetapkan oleh WHO bahwa pola makan berkontribusi sebesar 30 persen.Namun dr Rahmi menyebutkan bahwa studi pada pola makan masih cukup sulit karena cakupannya sangat luas, analisisbya cukup dalam dan variasinya banyak sekali. Sehingga belum bisa dikatakan bahwa mengonsumsi satu jenis makanan bisa menyebabkan kanker.
Genetik
Foto: iStock
|
Latar belakang genetik sudah jelas berperan cukup besar soal risiko kanker. 90 persen kanker mulut ditemukan dalam jenis karsinoma sel skuamosa atau squamous cell carcinoma (SCC), dan mereka yang memiliki riwayat keluarga pengidap kanker jenis ini biasanya berisiko lebih besar akan terkena kanker mulut jenis ini juga.
Risiko usia terkena penyakit kanker mulut semakin besar di atas usia 40 tahun dan lebih banyak pada pria. Namun daya tahan tubuh atau imunitas juga berperan besar dalam hal ini.
Infeksi jamur
Foto: Thinkstock
|
Pada tahun 2011, seorang ahli penyakit mulut menemukan bahwa ada kemungkinan pengaruh infeksi jamur dalam menyebabkan kanker mulut. Jamur merupakan mikroorganisme yang mudah ditemukan di dalam rongga mulut."Jadi saat seseorang meminum alkohol, jamur ini akan melepaskan mikrosamin yang akan mengubah ethanol menjadi karsinogenik acetaldehyde atau zat penyebab kanker, bersifat toksin terhadap tubuh kita," kata dr Rahmi.
Walaupun begitu, tidak serta merta obat anti jamur bisa digunakan untuk menanganinya. Masih dibutuhkan riset dan penelitian lebih jauh soal kaitan infeksi jamur pada kanker mulut.
Tembakau biasa dikonsumsi dengan dengan dibakar seperi merokok atau penggunaan pipa atau cerutu. Asap yang dihasilkan bersifat karsinogenik dan telah diketahui secara luas dapat mengakibatkan tak hanya kanker mulut namun banyak jenis kanker lainnya.
Ada juga tembakau yang tidak dibakar yakni dengan mengunyah, yang masih dilakukan oleh beberapa orang di dunia. drg Sri Hananto Seno, SpBM(K), MM menambahkan faktor ini sangat mengkhawatirkan mengingat data Riskesdas 2018 mencatat kenaikan perokok remaja hingga 9,1 persen.
"Merokok memang saat ini penyebabnya yang populer, ada yang bilang katanya dalam sebatang rokok ada 1000 'solusi' makanya susah berhenti. Tapi sebenernya malah 1000 penyakit. Rokok pada remaja sekarang naik, digunakan untuk mencari identitas katanya," kata pria yang juga menjabat sebagai ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) ini.
dr Rahmi menjelaskan kandungan ethanol dalam alkohol bisa meningkatkan pelebaran pori-pori (permeabilitas) mukosa mulut dan menyebabkan zat-zat karsinogenik yang berasal dari manapun masuk dengan lancar ke dalam pembuluh darah.
"Jadi masuknya bisa mulus kayak jalan tol. (Karsinogenik ini) bisa dari makanan atau minuman apa saja yang kita makan," imbuhnya.
Menyirih atau mengunyah sirih masih dilakukan oleh beberapa warga Indonesia. Biasanya di dalam daun sirih terdapat rempah-rempah, tembakau dan buah pinang baik tua maupun muda.
"Sirihnya sendiri tidak menimbulkan masalah karena mengandung antiseptik. Namun buah pinang disebutkan oleh WHO pada tahun 2003 bahwa mengandung 4 bahan karsinogenik yakni arecoline, arecaidine, guvacine, guvacoline," kata dr Rahmi.
Tak hanya di Indonesia, India, Pakistan dan Bangladesh juga masih melakukan praktek menyirih ini. Masih banyaknya masyarakat yang melakukannya karena diklaim dapat membuat tubuh lebih fit dan menjadi keharusan dalam keseharian di budayanya.
Virus yang berisiko menyebabkan kanker adalah Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18, yang juga dapat menyebabkan kanker serviks atau leher rahim pada wanita. Perubahan perilaku seksual seperti melakukan seks oral sangat berisiko menularkan virus ini ke rongga mulut.
"Perubahan pola seks memicu risiko kanker mulut memang iya. Bukan cuma HPV tapi virus-virus yang lain juga seperti herpes simplex tipe 2, yang biasanya ada di kelamin ditemukan juga di rongga mulut. Hasil penelitian dr Deni Joko menunjukkan bahwa 30 persen orang yang kena kanker mulut, ternyata saat dibiopsi atau diambil jaringannya ditemukan HPV 18 yang banyak ditemukan di genital," tutur dr Rahmi.
Ditambahkan oleh spesialis penyakit mulut Dr drg Febrina Rahmayanti, SpPM(K), oral seks bisa sangat berisiko apabila ada luka minor di rongga mulut, berganti-ganti pasangan, anal seks atau ada karang gigi. Kebersihan rongga mulut juga tidak menjamin bebas dari risiko ini.
Dari tahun 1997, Amerika Serikat telah melakukan riset soal kontribusi pola makan terhadap risiko terkena kanker. Ditetapkan oleh WHO bahwa pola makan berkontribusi sebesar 30 persen.
Namun dr Rahmi menyebutkan bahwa studi pada pola makan masih cukup sulit karena cakupannya sangat luas, analisisbya cukup dalam dan variasinya banyak sekali. Sehingga belum bisa dikatakan bahwa mengonsumsi satu jenis makanan bisa menyebabkan kanker.
Latar belakang genetik sudah jelas berperan cukup besar soal risiko kanker. 90 persen kanker mulut ditemukan dalam jenis karsinoma sel skuamosa atau squamous cell carcinoma (SCC), dan mereka yang memiliki riwayat keluarga pengidap kanker jenis ini biasanya berisiko lebih besar akan terkena kanker mulut jenis ini juga.
Risiko usia terkena penyakit kanker mulut semakin besar di atas usia 40 tahun dan lebih banyak pada pria. Namun daya tahan tubuh atau imunitas juga berperan besar dalam hal ini.
Pada tahun 2011, seorang ahli penyakit mulut menemukan bahwa ada kemungkinan pengaruh infeksi jamur dalam menyebabkan kanker mulut. Jamur merupakan mikroorganisme yang mudah ditemukan di dalam rongga mulut.
"Jadi saat seseorang meminum alkohol, jamur ini akan melepaskan mikrosamin yang akan mengubah ethanol menjadi karsinogenik acetaldehyde atau zat penyebab kanker, bersifat toksin terhadap tubuh kita," kata dr Rahmi.
Walaupun begitu, tidak serta merta obat anti jamur bisa digunakan untuk menanganinya. Masih dibutuhkan riset dan penelitian lebih jauh soal kaitan infeksi jamur pada kanker mulut.
(frp/up)