Menurut psikolog klinis dari Personal Growth, Talissa Carmelia, fantasi seksual dikatakan berlebihan ketika individu menjadi terobsesi dengan fantasi yang dimilikinya yang menyebabkan mereka kesulitan membedakan fantasi dan realitas.
"Fantasi mendorong individu untuk memenuhi fantasi tersebut tanpa mempertimbangkan konsekuensi atau norma yang berlaku di masyarakat," katanya saat dihubungi oleh detikHealth belum lama ini.
Di beberapa waktu, fantasi seksual memang lebih menarik. Tidak semua jenis fantasi bisa dilakukan secara nyata sebab beberapa akan melanggar norma-norta tertentu.
"Kenali batasan-batasannya. Ada aspek tersembunyi dari lamunan seksual ketika ada upaya yang dilakukan untuk memenuhinya," tutur Fredric Neuman MD, psikiater dari Larchmont, New York, dikutip dari psychologytoday.
Menonton konten pornografi juga menjadi salah satu alasan sebagian besar orang ingin mewujudkan fantasinya. Menontonnya secara berlebihan pun bisa memicu fantasi seksual yang berlebihan sehingga orang cenderung ingin mewujudkannya.
"Pornografi dapat dianggap sebagai sesuatu di antara fantasi seksual dan perilaku nyata. Menonton berlebihan akan mempengaruhi tindakan," tambahnya.
Pesta seks yang belum lama ini terjadi di Sleman, Yogyakarta, menjadi contoh perilaku fantasi seksual yang berlebihan bahkan dikatakan menyimpang. Sebab, mereka memaksa untuk mewujudkan fantasi seksual mereka tanpa memperhatikan konsekuensi.
Oleh karena itu, selalu tanamkan bahwa tidak semua fantasi seksual bisa diwujudkan secara nyata. Selalu pertimbangkan konsekuensi atau norma yang berlaku di masyarakat. Agar tindakan yang dilakukan tidak mendapat kecaman bahkan hukuman dari pihak berwajib.