"Ada ulat yang mematikan tapi bukan yang ini, dan kebetulan kita tidak punya (di Indonesia). Dan spesies itu hanya ada di Brazil, Amerika Selatan. Memang terkenal dan banyak korbannya yang meninggal. Dia mengubah komponen darah, kemudian mempengaruhi jantung," kata Dr Purnama Hidayat, dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan mantan Ketua Perhimpunan Entomologi Indonesia, kepada detikHealth, Jumat (21/12/2018).
Ulat Lonomia disebut sebagai ulat paling mematikan di dunia. Dr Purnama menyebut setiap ulat bulu memiliki racun di ujung bulu-bulunya sebagai mekanisme pertahanan diri, namun racun ulat ini memiliki dampak pada kesehatan manusia, terutama darah, otak dan jantung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Entomology Today, racun ulat Lonomia bisa mengencerkan darah manusia. Dalam beberapa kasus, racun ini bisa dimanfaatkan sebagai praktek medis anti-koagulan. Namun di sisi lain, ulat ini bisa menunjukkan gejala hematoma (memar) atau mirip gangrene (jaringan kulit mati karena kurang darah).
"Lonomia obliqua memiliki racun mematikan yang menyebabkan koagulasi intravaskular diseminata dan koagulopati konsumtif. Agen pengencer darah dalam racun ulat akan menempel ke protein lain dalam sel tubuh dan menyebabkan kebocoran, yang kemudian berujung menjadi memar. Kebocoran internal ini dapat menyebar melalui organ internal dan pada akhirnya akan menjadi kompresi dan mati otak," tulis situs tersebut.
Sekitar 500 kematian terjadi akibat Lonomia tiap tahunnya di Amerika Selatan. Namun untuk menjadi mematikan, seseorang harus tertusuk setidaknya 20 hingga 100 kali karena hanya dalam sekali tusuk hanya sedikit racun yang masuk ke dalam darah.
Tonton juga ' Bikin Merinding! Saat Jawa Timur Diserbu Ribuan Ulat Bulu ':












































