Jakarta -
Usai tsunami menimpa Banten dan Lampung pada Minggu (23/12/2018), ekspresi simpati deras mengalir untuk para korban. Kendati tidak ada aturan baku menunjukkan simpati mereka yang sedang berduka, ada hal yang sebaiknya tidak dilakukan saat menghibur korban. Dengan tidak melakukan hal tersebut, rasa simpati bisa tersampaikan dengan baik.
Berikut hal-hal yang harus dihindari saat ingin membantu meredakan kesedihan kerabat atau teman dekat, dikutip dari Huffington Post.
Kehilangan kontak
Ilustrasi ngobrol. Foto: thinkstock
|
Dalam beberapa kondisi, korban yang emosinya masih belum stabil sebaiknya tidak ditinggal sendiri. Orang terdekat harus sering-sering menelpon, berkunjung, atau ngobrol meski singkat untuk mengetahui kondisi terkini korban.Namun sebelumnya pastikan sudah memberi tahu dan mendapat sambutan positif dari korban. Jangan sampai segala bentuk komunikasi justru menyulitkan korban untuk berdamai dengan perasaannya sendiri.
Membuat asumsi
Ilustrasi berasumsi. Foto: Thinkstock
|
Lingkungan sekitar sebaiknya tidak membuat asumsi sendiri terkait perasaan korban. Dalamnya rasa duka tidak bisa dinilai hanya berdasar reaksi atau ekspresi wajah para korban. Tiap orang punya reaksi dan sikap sendiri saat menghadapi rasa duka atau rasa kehilangan. Korban juga perlu waktu sendiri untuk mengatasi gejolak emosinya.
Menghakimi korban
Ilustrasi merasakan penghakiman orang lain. Foto: Thinkstock
|
Ekspresi duka para korban jangan sampai dihakimi orang-orang di sekitarnya. Korban bebas mengungkapkan rasa kehilangan dengan menangis, marah, atau merasa gelisah. Ekspresi ini bagian dari proses korban bisa menerima kehilangan atau semua hal buruk yang terjadi pada hidupnya. Korban yang telah menumpahkan ekspresinya, perlahan bisa mengembalikan kondisi emosi menjadi lebih stabil. Korban juga siap menata kembali hidupnya.
Memaksakan pandangan pada korban
Ilustrasi memikirkan pendapat orang lain. Foto: Istock
|
Hal ini patut menjadi catatan untuk orang-orang di sekeliling korban, yang tanpa sadar memaksakan pandangan. Paksaan ini kerap terwujud dalam beberapa kalimat misal, "Saya tahu yang kamu rasakan," "Almarhum/almarhumah telah berada di tempat yang lebih baik," atau "Almarhum telah menjalani kehidupan yang baik."Meski bermaksud ikut simpati, kalimat tersebut bernada tidak peka pada perasaan korban yang kehilangan. Kalimat ini juga tidak mencerminkan perasaan korban sesungguhnya.
Tidak melakukan apapun
Ilustrasi tidak peduli. Foto: Thinkstock
|
Rasa khawatir jangan sampai jadi penghalang untuk menunjukkan rasa simpati atau berduka. Lebih baik melakukan sesuatu daripada diam saja menyikapi korban yang masih dalam suasana berduka.Pastikan selalu memperhatikan ekspresi korban saat menunjukkan simpati. Bila korban ingin sendiri, sebaiknya segera menyingkir untuk memberikan waktu dan kebebasan bagi korban.
Dalam beberapa kondisi, korban yang emosinya masih belum stabil sebaiknya tidak ditinggal sendiri. Orang terdekat harus sering-sering menelpon, berkunjung, atau ngobrol meski singkat untuk mengetahui kondisi terkini korban.
Namun sebelumnya pastikan sudah memberi tahu dan mendapat sambutan positif dari korban. Jangan sampai segala bentuk komunikasi justru menyulitkan korban untuk berdamai dengan perasaannya sendiri.
Lingkungan sekitar sebaiknya tidak membuat asumsi sendiri terkait perasaan korban. Dalamnya rasa duka tidak bisa dinilai hanya berdasar reaksi atau ekspresi wajah para korban. Tiap orang punya reaksi dan sikap sendiri saat menghadapi rasa duka atau rasa kehilangan. Korban juga perlu waktu sendiri untuk mengatasi gejolak emosinya.
Ekspresi duka para korban jangan sampai dihakimi orang-orang di sekitarnya. Korban bebas mengungkapkan rasa kehilangan dengan menangis, marah, atau merasa gelisah. Ekspresi ini bagian dari proses korban bisa menerima kehilangan atau semua hal buruk yang terjadi pada hidupnya. Korban yang telah menumpahkan ekspresinya, perlahan bisa mengembalikan kondisi emosi menjadi lebih stabil. Korban juga siap menata kembali hidupnya.
Hal ini patut menjadi catatan untuk orang-orang di sekeliling korban, yang tanpa sadar memaksakan pandangan. Paksaan ini kerap terwujud dalam beberapa kalimat misal, "Saya tahu yang kamu rasakan," "Almarhum/almarhumah telah berada di tempat yang lebih baik," atau "Almarhum telah menjalani kehidupan yang baik."
Meski bermaksud ikut simpati, kalimat tersebut bernada tidak peka pada perasaan korban yang kehilangan. Kalimat ini juga tidak mencerminkan perasaan korban sesungguhnya.
Rasa khawatir jangan sampai jadi penghalang untuk menunjukkan rasa simpati atau berduka. Lebih baik melakukan sesuatu daripada diam saja menyikapi korban yang masih dalam suasana berduka.
Pastikan selalu memperhatikan ekspresi korban saat menunjukkan simpati. Bila korban ingin sendiri, sebaiknya segera menyingkir untuk memberikan waktu dan kebebasan bagi korban.
(ask/ask)