Kepala bagian pelayanan RSUD, dr Jamil Muchlisin mengakui, ruang perawatan anak hanya mampu menampung sebanyak 22 orang pasien. Namun, saat ini jumlah pasien mencapai 38 anak dengan sakit yang sama yakni DBD.
Pihak rumah sakit telah berupaya dengan menambah 10 ranjang pasien cadangan, dan membuka 3 unit ruangan gudang sebagai ruang perawatan sementara, namun tetap saja masih belum mengakomodir jumlah pasien. Akibatnya, para pasien anak ini harus rela dirawat di lorong-lorong rumah sakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasien anak DBD yang harus dirawat di lorong RSUD dr R Soetijono Blora. Foto: Arif Syaefudin/detikcom |
"Ruangan kita sudah penuh. Bahkan kita sudah mengeluarkan 10 tempat tidur cadangan. Ada juga yang kita rawat di ICU. Namun karena hampir tiap hari ada pasien DBD, ya terpaksa kita rawat di lorong-lorong. Bahkan 3 gudang kita juga kita pakai untuk merawat pasien," terangnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (9/1/19).
Meski kondisinya sudah membludak, pihak rumah sakit mengakui tidak berani untuk menolak pasien yang datang. Padahal, setiap hari pasien anak yang mengalami DBD terus berdatangan. Namun demikian, ia menjamin seluruh pasien tetap akan mendapatkan pelayanan yang sama.
"Sebelum masuk, kita kasih tahu kalau kamar penuh. Kami tidak berani menolak pasien karena itu tidak boleh. Yang pasti semua pasien kita layani dengan sama, baik yang di kamar maupun di luar," jelasnya.
Salah satu orang tua pasien, Sugiyarti warga esa Kalisari Kecamatan Banjarejo Blora mengaku tidak masalah jika anaknya dirawat di lorng rumah sakit. Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah penagnanan medis yang baik terhadap anaknya.
"Tidak apa di sini, yang penting mendapat perawatan saja. Daripada tidak, kan malah bahaya," akunya.












































Pasien anak DBD yang harus dirawat di lorong RSUD dr R Soetijono Blora. Foto: Arif Syaefudin/detikcom