"Rumah sakit mengurangi pelayanan kepada rakyat, negara yang satu dari tiga anak di bawah lima tahun mengalami gagal tumbuh, karena kurang protein," kata Prabowo pada Selasa (14/1/2019).
Stunting sendiri adalah kondisi di mana anak tumbuh pendek atau kerdil biasanya karena cakupan nutrisi yang tidak terpenuhi. Di masa depan balita yang stunting bisa mengalami kesulitan akibat pertumbuhan fisik dan kognitif yang tidak optimal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) menunjukkan bahwa stunting pada balita di Indonesia saat ini ada di angka 30,8 persen. Jumlah tersebut lebih baik dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013 yang mencapai angka 37,2 persen.
Bila dilihat dari provinsi proporsi balita yang pendek dan sangat pendek paling tinggi ada di Nusa Tenggara Timur yang mencapai 42,6 persen. Sementara itu yang paling rendah DKI Jakarta sebesar 17,7 persen.
Meski ada penurunan angka stunting di Indonesia masih tinggi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan prevalensi angka stunting di suatu negara seharusnya berada di bawah 20 persen.
"Meskipun persentasenya 30,8 tapi itu termasuk tinggi, kita mengacu dari dari data WHO yang prevalensinya itu harus kurang dari 20 persen," ujar Kepala Badan Litbangkes Dr Siswanto pada November 2018 lalu.
Simak juga video 'Jumlah Pasien DBD di Minahasa Utara Naik 200%':
(fds/up)











































