"Dari angka itu heteroseksual mendominasi sebanyak 143. Kedua, kami temukan kasus pada Laki Suka Laki (LSL) atau gay itu sebanyak 26 orang. Lalu penularan ibu ke anak ada 3 kasus, terakhir pada pengguna alat suntik bergantian atau penasun sebanyak 2 orang," jelas Kepala Dinkes Pemkot Blitar M Muklis, ditemui detikHealth di kantornya Jalan Sudanco Supriyadi Kota Blitar, Kamis (17/1/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tupoksi kami bukan menangani masalah itu. Tapi ekses yang ditimbulkan itu yang jadi tugas kami. Jumlah itu seperti gunung es yang nampak permukaannya saja. Kami tidak tahu seberapa besar jumlah sampai ke dasarnya. Untuk itu, kami harapkan masyarakat ikut berpartisipasi mengeliminir penyebarannya," jelasnya.
Dari data yang dihimpun, dari 174 ODHA terdata laki-laki sebanyak 112 orang sedangkan wanita 53 orang. ODHA terbanyak berada di usia produktif antara umur 21- 35 tahun dengan rincian profesi pegawai swasta sebanyak 116 orang dan ibu rumah tangga sebanyak 28 orang.
Lalu bagaimana peran serta masyarakat yang bisa dilakukan ? Muklis menyatakan kesadaran hidup sehat lahir bathin merupakan kunci utama setiap individu.
"Ayolah jangan diperbanyak jumlahnya. Masalah ini tidak bisa ditangani Dinkes sendirian. Perlu kesadaran tiap individu masyarakat Kota Blitar. Jaga keimanan, pola hidup sehat lahir bathin. Dan laporkan, bila menemui ada orang di sekitar Anda yang berpotensi tertular. Jangan malah dijauhi," imbau Muklis.
Mereka yang berpotensi tertular adalah ibu hamil, pasien TB, pasien IMS (Infeksi Menular Seksual), waria atau transgender, pengguna napza dan warga binaan lapas.












































