Ditemui detikHealth di Markas Pusat Palang Merah Indonesia (PMI), Eti mengaku bahwa awalnya ia tidak memiliki tujuan apapun untuk mendonorkan darahnya, hanya sebatas keinginan semata.
"Pertama kali donor waktu SMA tahun 1991 pas 18 tahun, entah kenapa waktu itu saya pengin, nggak ada alasan untuk nolong temen atau apa," ujarnya, Jumat (25/1/2019).
Karena Unit Donor Darah (UDD) di Bogor pada waktu itu hanya buka hingga jam 12.00, Eti pun terpaksa harus kabur dari sekolah di jam istirahat demi bisa mendonorkan darahnya.
"Biasanya pas jam istirahat gerbang dikunci dan ada satpam, eh ini nggak ada satpam. Yasudah saya ditemani seorang teman naik angkot sekali ke PMI," lanjut Eti.
![]() |
Akhirnya ia merasa ketagihan dan selalu mendonorkan darahnya setiap tiga bulan sekali. Hingga akhirnya ia harus bekerja di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, ia juga rela pulang ke Bogor hingga tengah malam demi bisa mendonorkan darahnya usai bekerja.
Setiap tiga bulan Eti tak pernah absen memberikan sebagian darahnya itu, hingga akhirnya di usianya sekarang ia bisa mencapai donor darah sebanyak 100 kali.
"Alhamdulillah sampai bulan Maret mau ke 106 kali," ungkapnya.
Sama halnya dengan kakek berusia 76 tahun, yaitu FX Sudaryanto. Meskipun sudah tua, namun fisiknya masih cukup bugar dan sehat lho. Ia percaya ini berkat rutinnya ia donor darah sejak usianya 40 tahun.
"Saya punya visi misi, sebagai karyawan yang dermawan maka saya berinisiatif mendonorkan darah saya bagi yang membutuhkan. Setelah setahun 2 kali, akhirnya 3 bulan sekali rutin," cerita Sudaryanto.
Kegiatan tiga bulan sekalinya pun dikatakan selalu lancar, ia juga tetap menjaga kesehatannya dengan berolahraga secara teratur agar tetap bisa mendonorkan darah.
Namun sayangnya, hingga usianya mencapai 65 tahun, banyak UDD yang menolaknya karena batas usia maksimal. Sudaryanto bukan tipe orang yang suka menyerah, ia pun tetap nekat mencari UDD yang mau menerimanya menjadi donor.
"Saya dimana-mana ditolak, saya nekat saja nyumbang di Solo, eh diterima. Kalau dokternya masih muda biasanya nggak boleh, tapi kalau dokter tua boleh," tuturnya.
Sudaryanto mengaku ia hanya harus menjaga kesehatannya agar tetap bisa mendonorkan darahnya. Manfaat donor darah pun dirasakannya membuat tubuhnya menjadi segar dan bugar.
Akhirnya, Sabtu (26/1/2019), Eti dan Sudaryanto akan mendapatkan penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial yang akan diserahkan oleh Presiden RI Joko Widodo sebagai apresiasi telah mendonorkan darahnya sebanyak 100 kali.
Simak juga video 'Hati-hati di Musim Hujan, Penderita DBD Meningkat!: