5 Bukti Pola Makan dan Kejiwaan Saling Berhubungan

5 Bukti Pola Makan dan Kejiwaan Saling Berhubungan

Kireina S. Cahyani - detikHealth
Kamis, 31 Jan 2019 19:31 WIB
5 Bukti Pola Makan dan Kejiwaan Saling Berhubungan
Sunarti (39), penderita obesitas ekstrem kini dirawat di RSUD Karawang, (Foto: Luthfiana Awaluddin)
Jakarta - Kasus obesitas yang dialami wanita asal Karawang, Sunarti (39) cukup membuat masyarakat gempar. Dikutip dari detikNews Sunarti mengalami obesitas akibat mengalami kesepian. Ia juga mengaku belum memiliki momongan dan sering ditinggal suami bekerja. Sehingga pada akhirnya ia melampiaskan perasaan buruknya itu kepada makanan.

Banyak orang beranggapan bahwa penyebab obesitas adalah kurangnya kemauan orang tersebut menjalani hidup sehat. Meskipun sebagian besar berat badan seseorang merupakan hasil dari perilaku makan dan gaya hidup, namun ada juga yang terjadi akibat posisi yang kurang menguntungkan.



Seperti misalnya orang yang mengalami kesepian juga ternyata dapat mengalami obesitas. Berikut, detikHealth merangkum beberapa fakta yang membuktikan hal itu.
Saat seseorang merasa kesepian dan memutuskan untuk melampiskannya pada makanan hal itu terjadi karena seolah-olah mereka memiliki teman saat makan.

Psikolog dari klinik obesitas Light House, Anindita Citra, kebanyakan mereka yang melakukan hal ini untuk mendapatkan perhatian yang dibutuhkan. Sehingga akan merasa sedikit terhibur. "Dia akan merasa less lonely. Merasa ada yang memperhatikan. Jadi dengan melakukan itu, ada reward tersendiri," ujarnya.

Menurut ahli nutrisi Jansen Ongko, saat seseorang kurang mengonsumsi buah dan sayur selain bikin tubuh kekurang nutrisi juga bisa membuat mood menjadi jelek. Malnutrisi menyebabkan fungsi kerja organ tubuh tidak bisa bekerja secara optimal yang membuat tubuh akan merasa lemas dan kurang bergairah.

Kurangnya mengonsumsi karbohidrat ternyata dapat menekan produksi hormon leptin, yang nantinya akan mengganggu pengaturan hormon seks. Dikutip dari Independent, seorang nutrisionis bernama Lily Soutter mengatakan bahwa hal itu terjadi karena otak kita sangat mengandalkan glukosa yang berasal dari karbohidrat.

"Memakan karbohidrat yang mengandung glukosa membantu tubuh untuk memproduksi serotonin, yang dikenal sebagai 'hormon senang'. Oleh karena itu, merasa lesu karena kurangnya lebel serotonin dalam tubuh dapat berdampak negatif pada libido," tandasnya.

Menurut Brad Bushman, profesor ilmu komunikasi dan psikologi dari Ohio State University, gula atau glukosa digunakan oleh otak untuk membantu mengatur self-control. Tanpa bahan bakar ini, tentu saja orang-orang kesulitan untuk mengendalikan emosi seperti amarah dan agresi.

Baru-baru ini studi mengungkapkan bahwa secara alami tubuh akan menciptakan suasana penumpukan lemak ketika seseorang sedang berada dalam tekanan. Peneliti juga menyebutkan bahwa stres memicu datangnya hormon Adamts1, yang kemudian menghasilkan sel-sel lemak dalam tubuh.

Efeknya bahkan tak hanya sekadar membuat terjadi penimbunan lemak di sekitar perut dan bagian tubuh lainnya, tetapi juga membungkus organ sekitar seperti lemak seperti hati dan pankreas. Kondisi ini kemudian berujung pada peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.


Rekomendasi untuk Anda
Selengkapnya