Jakarta -
Beberapa hari lalu beredar foto Staf Ahli Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin sedang terbaring di rumah sakit. Dalam foto tersebut tampak ada beberapa alat yang menempel pada tangan dan kakinya.
Spesialis jantung dr Vito A. Damay, SpJP(K), menjelaskan bahwa apa yang digunakan Ngabalin adalah alat elektrokardiogram (EKG). Biasanya digunakan oleh dokter untuk memeriksa kondisi kesehatan jantung pasien.
Ngabalin sendiri mengkonfirmasi bahwa dirinya sempat masuk rumah sakit karena merasa pusing usai jadwal yang padat. Namun demikian ia menepis kabar kalau sedang sakit berat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta menarik tentang EKG:
Melacak sinyal listrik
Foto: iStock
|
EKG bekerja dengan cara mendeteksi sinyal listrik yang dihasilkan otot-otot jantung setiap kali berdegup. Beberapa sensor elektroda yang ditempatkan di permukaan kulit akan menangkap sinyal tersebut lalu menerjemahkannya ke dalam grafik di kertas.
Sinyal listrik yang dihasilkan jantung tidak besar ukurannya hanya dalam skala mikrovolt.
Ada 10 sensor
Foto: iStock
|
Alat EKG pada umumnya memiliki 10 sensor elektroda untuk dipasangkan. Tempat yang biasa dipakai untuk mengukur aktivitas listrik jantung ini ada di sekitar dada, tangan, dan kaki pasien.
Ada sensor yang bentuknya seperti stiker biasa ditempel ke dada dan ada juga yang bentuknya seperti penjepit biasa untuk tangan dan kaki.
Tidak menyakitkan
Foto: iStock
|
Bila dilihat sekilas tes EKG mungkin tampak mengintimidasi karena banyaknya kabel terpasang di tubuh. Namun demikian sebetulnya tes EKG tidak melukai tubuh karena sensor hanya sekedar dipasang saja untuk membaca sinyal listrik dari luar.
Satu proses tes EKG bisa memakan waktu 5-10 menit.
Mendeteksi abnormalitas
Foto: iStock
|
Fungsi utama dari tes EKG adalah untuk mendeteksi abnormalitas dalam irama jantung. Dari hasil EKG dokter yang terlatih dapat menemukan petunjuk tentang risiko serangan jantung atau kecacatan yang mengganggu ritme jantung.
Ada versi mini
Foto: iStock
|
Bagi orang-orang dengan risiko penyakit jantung tinggi ada alat bernama monitor Holter yang fungsinya mirip seperti EKG mini. Seorang pasien mungkin akan diminta untuk memakai monitor Holter ketika dokter ingin tahu kondisi irama jantung sehari-hari.
Sensor elektroda tersambung dalam alat kecil yang bisa dibawa-bawa bertenaga baterai. Alat lalu akan merekam aktivitas sinyal listrik jantung selama 24-48 jam.
EKG bekerja dengan cara mendeteksi sinyal listrik yang dihasilkan otot-otot jantung setiap kali berdegup. Beberapa sensor elektroda yang ditempatkan di permukaan kulit akan menangkap sinyal tersebut lalu menerjemahkannya ke dalam grafik di kertas.
Sinyal listrik yang dihasilkan jantung tidak besar ukurannya hanya dalam skala mikrovolt.
Alat EKG pada umumnya memiliki 10 sensor elektroda untuk dipasangkan. Tempat yang biasa dipakai untuk mengukur aktivitas listrik jantung ini ada di sekitar dada, tangan, dan kaki pasien.
Ada sensor yang bentuknya seperti stiker biasa ditempel ke dada dan ada juga yang bentuknya seperti penjepit biasa untuk tangan dan kaki.
Bila dilihat sekilas tes EKG mungkin tampak mengintimidasi karena banyaknya kabel terpasang di tubuh. Namun demikian sebetulnya tes EKG tidak melukai tubuh karena sensor hanya sekedar dipasang saja untuk membaca sinyal listrik dari luar.
Satu proses tes EKG bisa memakan waktu 5-10 menit.
Fungsi utama dari tes EKG adalah untuk mendeteksi abnormalitas dalam irama jantung. Dari hasil EKG dokter yang terlatih dapat menemukan petunjuk tentang risiko serangan jantung atau kecacatan yang mengganggu ritme jantung.
Bagi orang-orang dengan risiko penyakit jantung tinggi ada alat bernama monitor Holter yang fungsinya mirip seperti EKG mini. Seorang pasien mungkin akan diminta untuk memakai monitor Holter ketika dokter ingin tahu kondisi irama jantung sehari-hari.
Sensor elektroda tersambung dalam alat kecil yang bisa dibawa-bawa bertenaga baterai. Alat lalu akan merekam aktivitas sinyal listrik jantung selama 24-48 jam.
(fds/up)