"Memang iuran ini belum imbang. Penerimaan dan pengeluaran perbedaannya masih besar. Jadi penerimaan ini masih tidak cukup untuk pengeluaran yang besar terutama tadi pada penyakit tidak menular," ujar Menteri Kesehatan Nila F Moeloek saat ditemu di Dies Natalies Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Gedung IMERI, Jakarta Pusat, Kamis (28/2/2019).
Pembiayaan paling besar memang terdapat pada penyakit tidak menular seperti jantung dan stroke yang memakan biaya BPJS Kesehatan hingga triliunan rupiah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang kaya kalau sudah sakit jantung kan mahal. Biasanya baru ikut BPJS. Udah selesai, berhenti nggak ikut lagi. Kasian BPJS-nya," tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dikutip dari detikFinance, ia mengatakan tak semua pekerja tidak tetap iurannya berjalan lancar. Bahkan ada yang belum menyetorkan iuran.
"Sehingga ini ada gap. BPJS Kesehatan harus tetap berjalan, kita harus perbaiki siapa yang bayar dan siapa yang disubsidi." ujar Menkeu.
Tonton juga video 'Per 1 Maret, 2 Obat Kanker Usus Ini Tak Lagi Dijamin BPJS':












































