Transplantasi sumsum tulang merupakan salah satu penanganan yang umum dilakukan pada pasien kanker darah. Prosedur ini membutuhkan sel-sel punca yang dihasilkan di sumsum tulang untuk memperbaiki sumsum tulang yang rusak karena kanker
Semua prosedur medis sudah pasti akan memiliki risiko dan efek samping. Pada pengidap kanker darah, efek samping akan terasa lebih buruk setelah menjalani kemoterapi dosis tinggi dan beberapa minggu setelahnya. Dalam jangka panjang, biasanya prosedur ini kerap menyebabkan ketidaksuburan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanpa sel darah putih, tubuh akan berisiko tinggi infeksi sehingga pasien kanker darah pada umumnya akan ditempatkan di ruangan isolasi. Jika ada yang ingin menjenguk, diharuskan untuk mencuci tangan atau mengenakan sarung tangan dan tidak boleh masuk jika sedang flu atau demam. Infeksi juga bisa datang dari beberapa makanan, harus dipastikan untuk benar-benar matang dan langsung dimakan saat itu juga.
"Anemia juga bisa terjadi sehingga mengharuskan transfusi darah saat menunggu sel-sel punca yang baru mulai bertumbuh. Kemudian kekurangan keping darah (thrombositopenia) juga bisa menyebabkan pendarahan dalam," tulis situs Cancer Research UK.
Komplikasi yang paling umum mempengaruhi 40-80 persen pasien adalah graft versus host disease. Yang biasa terjadi saat T-cell dalam sel darah putih yang berada dalam sel-sel donor (graft) menyerang jaraingan yang berada di pasien (host), dan ini bisa mengancam nyawa.
Efek samping jangka panjang dari transplantasi sumsum tulang adalah ketidaksuburan atau inferilitas. Ini berarti pasien wanita tidak akan bisa hamil lagi, atau pasien pria tidak akan bisa menghasilkan keturunan, yang disebabkan oleh iradiasi tubuh total dan kemoterapi berdosis tinggi.











































