Disebutkan bahwa sang bocah awalnya luka lecet di dahi ketika sedang bermain di peternakan. Seminggu kemudian ia mulai menunjukkan gejala khas tetanus seperti rahang kaku, otot kejang-kejang, dan tubuh melengkung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di rumah sakit gejala sang anak semakin parah sampai kemudian mendapatkan perawatan darurat untuk tetanus. Ia mendapat suntikan antitoksin dan dosis pertama vaksin DTaP untuk tetanus.
Sang anak menjalani masa kritis harus dirawat 47 hari di intensive care unit (ICU) dan 10 hari selebihnya di unit rawat inap setelah stabil. Total biaya yang dihabiskan untuk perawatannya mencapai sekitar Rp 11 miliar.
Sayang meski sudah mengalami pengalaman langsung bahaya melewatkan vaksin, orang tua sang anak pada akhirnya dikabarkan tetap tidak ingin anaknya diimunisasi.
"Tapi meski sudah dijelaskan informasi manfaat dan risiko dari vaksinasi tetanus oleh dokter, orang tua sang anak tetap menolak dosis DTap yang kedua dan imunisasi yang direkomendasikan lainnya," lanjut CDC.











































