Anak stunting berisiko tak bisa tumbuh kembang optimal dan mengalami gangguan kesehatan di masa produktif. Akibatnya anak tak bisa bertanggung jawab atas hidupnya hingga menjadi beban lingkungan sekitar. Berikut 3 fakta seputar stunting di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyatakan, angka stunting masih di kisaran 30,8 persen. Angka ini memang turun dibanding stunting dalam Riskesdas 2013 yang mencapai 37,8 persen. Namun angka 30,2 persen mengindikasikan 1 dari 3 anak di Indonesia mengalami stunting, yang berisiko bagi masa depannya.
2. Pentingnya cakupan ASI
Ma'ruf Amin sempat menyinggung pentingnya Air Susu Ibu (ASI) dalam proses tumbuh kembag anak, termausk kolostrum yaitu ASI yang keluar pertama saat anak lahir. Pemenuhan ASI esklusif selama 6 bulan hingga 2 tahun adalah salah satu solusi menghadapi stunting. Kolostrum biasanya keluar melalui Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang cakupannya dalam Riskesdas 2018 mencapai 58,2 persen, yang naik dibanding dalam Riskesdas 2013 sebesar 34.5 persen. Sementara rata-rata cakupan ASI ekslusif mencapai 37,2 persen.
3. Diatasi dengan pemenuhan gizi calon ibu dan anak
Stunting bisa diatasi dengan pemenuhan gizi pada calon ibu dan anak. Ibu yang sehat akan melahirkan generasi yang berkualitas baik. Selain itu, ibu yang sehat juga meningkatkan peluang bisa memenuhi ASI hingga 2 tahun yang membebaskan anak dari ancaman stunting.











































