Beban kerja petugas KPPS yang sangat berat disinyalir menjadi alasan kuat banyaknya angka kesakitan dan kematian. Karenanya, banyak yang berspekulasi mereka mengalami kelelahan hingga akhirnya menyebabkan kematian.
Namun, benarkah kelelahan bisa memicu kematian mendadak?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan lelahnya, tapi tekanannya. Jika orang itu mempunyai bakat penyakit jantung koroner tentu meningkatkan risiko," ujarnya saat dijumpai detikHealth, Senin (13/5/2019).
Petugas KPPS rentan mengalami kelelahan sebab jam kerja mereka yang tidak menentu. Harus mendata sekian ratus orang, belum lagi menjaga kotak suara ketika pemilihan telah selesai dilakukan.
Meski kelelahan bukan menjadi faktor pemicu kematian mendadak, ahli hematologi dari Universitas Indonesia, Prof Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM, menuturkan kelelahan bisa menjadi faktor pemicu penyakit stroke dan jantung.
"Bekerja berlebihan bisa menyebabkan jantung tidak kuat atau menjadi pemicu stroke. Apalagi jika ada riwayat darah tinggi, diabetes, merokok dan bekerja berhari-hari, bisa saja meninggal mendadak," kata Prof Zubairi.
Walau kedua penyakit tersebut dianggap menjadi penyebab terbesar, autopsi dan investigasi mengenai hal-hal lain yang memicu kematian harus tetap dijalankan. Saat ini Kementerian Kesehatan dan KPU telah membuat satuan khusus untuk menelusuri penyebab kematian mendadak para petugas KPPS.
Untuk itu, ke depannya diperlukan langkah-langkah konkrit agar kematian dan kesakitan pasca pemilu tidak terulang kembali salah satunya dengan memberlakukan skrining bagi calon petugas KPPS terutama mereka yang memiliki risiko tinggi.
"Uji saring fisik dan psikologi psikiatri wajib. Melihat meninggal sebagian besar jantung dan kardiovaskuler itu bisa dicegah. Kalau sakitnya ringan boleh bekerja tapi pengaturan jam kerja juga penting. Itu yang belum dikerjakan tampaknya pada kasus ini," tutup Prof Zubairi.











































