Tapi itu belum seberapa, setidaknya dari tahun ke tahun selalu ada yang menanyakan hal serupa. Sebagian orang mungkin sudah beradaptasi dengan situasi semacam itu. Yang kini harus juga diantisipasi adalah pertanyaan-pertanyaan terkait sikap politik, ketika salah satu kerabat terafiliasi dengan 'cebong' atau 'kampret' alias pendukung fanatik salah satu kubu politik.
Tak bisa dipungkiri, suhu politik yang memanas pasca Pemilu 2019 membuat obrolan seputar drama-drama Pilpres sulit terhindarkan. Bagaimana jadinya kalau sesama kerabat atau saudara terjebak obrolan tentang perbedaan pilihan politik?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kantiana Taslim, MPsi, Psikolog, Psikolog Klinis di Personal Growth, topik obrolan semacam itu dapat membuat ketegangan saat momen lebaran, apalagi jika terdapat perbedaan pilihan saat Pemilu 2019.
"Ada kemungkinan pertanyaan tersebut diajukan tidak hanya sekadar ingin tahu, tapi memang dibumbui ekspektasi tertentu di baliknya," ujarnya kepada detikHealth.
Kita tidak ingin kan momen silahturahmi saat lebaran justru menjadi momen yang memicu perdebatan? Psikolog yang biasa disapa Nana itu menyarankan untuk memberikan respons yang tetap netral agar momen silahturahmi tersebut tidak berubah maknanya.
"Oleh karena itu, menjadi tantangan untuk kita supaya bisa berespon dengan tetap menjaga suasana hangat dan netral di saat silahturahmi," tandasnya.
Pernah menghadapi situasi 'cebong dan kampret?' bertemu di momen silaturahmi? Bagaimana kamu menjawabnya agar suasana silahturahmi tetap hangat? Tulis di kolom komentar ya!
Begini Atasi Pertanyaan "Kapan Nikah?":
(wdw/up)











































