Dikutip dari Sin Chew, gadis tersebut dilarikan ke unit gawat darurat rumah sakit setempat pada (28/05/2019). Dia mengeluh sulit makan, tak bisa buang air besar, dan sakit perut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim dokter lantas menanyai gadis tersebut kapan terakhir kali minum bubble tea dan dijawab 5 hari lalu. Dokter curiga dia bohong karena kondisi ini tak bisa terjadi hanya dalam sehari atau jarang minum bubble tea. Menurut dokter, gadis tersebut mungkin sering minum bubble tea dan menutupi kebiasaan tersebut dari orangtuanya.
Gadis tersebut diberi laksatif untuk membantu sistem pencernaan mengeluarkan butiran bubble tea. Melalui pengalaman ini, bubble tea sebaiknya tidak diminum terlalu sering meski rasanya manis dan menyegarkan.
Menurut Pimpinan rumah sakit People's Hospital di Zhuji City He Yuling, butiran bubble tea sebetulnya tidak mudah dicerna tubuh. Butiran berwarna hitam dari tepung tapioka ini, kadang masih ditambah agen pengental untuk meningkatkan tekstur kenyal. Meski rasanya enak, hal ini berisiko buruk bagi kesehatan pencernaan apalagi bila dikonsumsi dalam jumlah besar.











































