Namun kenyataannya kerap terjadi penolakan masuk sekolah, di antaranya tiga anak di kabupaten Samosir, Sumatera Utara dan 14 anak di Solo, Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan masyarakat awam masih menganggap HIV sebagai prilaku menyimpang dan amoral.
Natasya Sitorus, Manager Advokasi Lentera Anak Pelangi mengatakan, pemahaman mengenai HIV seharusnya sudah dipelajari sejak bangku SD melalui pelajaran kesehatan reproduksi. Namun hal tersebut masih tabu untuk dibicarakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Veronica Juwaryanti pengurus Yayasan Tegak Tegar juga mengeluhkan sulitnya memberi pemahaman mengenai HIV kepada masyarakat. Bahkan salah satu warga dengan terang-terangan menolak.
"Tidak ada HIV di tempat saya, jangan kasih informasi kepada saya," kata Yanti saat ditanya bagaimana respons masyarakat saat diberi edukasi mengenai HIV.
Padahal edukasi dan sosialisasi tidak hanya dilakukan kepada orang dengan HIV saja. Orang tanpa HIV juga harus tahu sebagai bentuk tindakan pencegahan dan untuk yang positif HIV agar dibimbing untuk segera melakukan pengobatan.
(up/up)











































