Kondisi tersebut dikatakan oleh Muhlisin, salah satu warga Kota Palangkaraya yang kemudian membuka donasi masker. Aksi ini dilakukan lewat media sosial dan bekerja sama dengan organisasi masyarakat.
"Bisa dibilang darurat. Untuk Palangkaraya, sudah beberapa hari ini masker di berbagai apotek habis. Kita sempat dapat donasi dana tapi nggak bisa beli masker karena tidak ada. Sempat dapat kiriman masker yang langsung habis kita bagikan," kata Muhlisin saat dihubungi detikcom dan ditulis Sabtu (21/9/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Muhlisin, kiriman masker dari wilayah sekitar Kalimantan juga tidak bisa segera sampai. Kabut asap tebal yang kerap hilang timbul membatasi jarak pandang pengiriman dengan pesawat. Akibatnya pengiriman hanya bisa dengan jalur darat atau laut untuk sampai Palangkaraya.
"Bandara sekarang buka tutup karena jarak pandangnya kadang tidak aman. Pesawat untuk bisa mendarat perlu jarak pandang 800 meter, sedangkan sekarang kalau kabutnya tebal paling cuma 500 meter. Makanya untuk sekarang cuma bisa darat, laut, dan menghubungi teman-teman ormas atau relawan lainnya," kata Muhlisin.
Selain masker, beberapa warga Palangkaraya juga perlu oksigen dalam kaleng untuk membantu pernapasan yang terasa sesak. Dengan kondisi serba terbatas, donasi untuk masker dan oksigen masih terus dibuka.
Muhlisin berharap ada perhatian dari pemerintah pusat, daerah, dan dinas terkait untuk mengatasi serta menghentikan kabut asap karhutla.
(fds/fds)











































