Antibiotik digunakan untuk mengobati atau mencegah beberapa jenis penyakit yang disebabkan infeksi bakteri. Mereka tidak efektif melawan infeksi virus, seperti flu biasa.
"Antibiotik itu kan banyak ragamnya, ada yang satu kir isinya 10-15 tablet, tapi umumnya 12 saja. Ada juga yang cuma dosis tunggal dan dalam waktu 3 hari habis, sehari satu tablet," ujar Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Nurul Falah E.P pada detikcom, Selasa (15/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ingat Ya, Nggak Boleh 'Nyetok' Antibiotik! |
Dokter sering menganjurkan agar antibiotik yang diberikan untuk dihabiskan. Namun, kurangnya pengetahuan masyarakat akan penggunaan antibiotik dapat membuat bakteri yang ada di dalam tubuh menjadi kebal (resisten). Bakteri tersebut malah akan terus berkembang hingga sulit ditumpaskan.
Terkait hal ini, Nurul Falah juga mendukung program pemerintah terkait pencegahan resistensi antibiotik. Ia menghimbau kepada petugas apoteker di seluruh apotek untuk tidak menjual antibiotik tanpa resep dokter.
"Jika dalam resep dokter terdapat antibiotik, maka tugas apoteker harus menerangkan secara jelas penggunaan antibiotik tersebut, harus dihabiskan atau tidak. Saat dokter memberikan resepnya juga harus dijelaskan fungsi dari antibiotik itu agar pasien tidak salah pemahaman," jelasnya.
Untuk mencegah resistensi terjadi, Nurul Falah menegaskan kembali, pasien harus interaktif untuk bertanya pada apoteker terkait jenis antibiotik dan jangka waktu pemakaiannya.
"Pasien harus bertanya, apa setelah penyakitnya sembuh antibiotik harus tetap dihabiskan atau tidak. Jika itu tidak dijelaskan, akibatnya akan menimbulkan resistensi pada tubuh," imbuhnya.
(wdw/wdw)











































