Dikutip dari Healthline, garam pink Himalaya adalah garam yang diekstrak dari Tambang Garam Khewra yang terletak di dekat Himalaya, Pakistan. Seperti garam laut, garam pink Himalaya sebagian besar mengandung natrium klorida.
Namun proses pemanenan alami memungkinkan garam pink Himalaya mengandung banyak mineral dan elemen yang tidak ditemukan dalam garam laut. Mineral-mineral tersebutlah yang membuat garam itu berwarna merah muda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr Andy Weil, pendiri dan direktur University of Arizona Center untuk Integrative Medicine mengatakan bahwa garam pink Himalaya memang memiliki kandungan mineral yang lebih banyak dibandingkan garam laut, namun mereka yang mengonsumsinya tidak akan mendapatkan manfaat kesehatan yang berlebih.
"Garam pink Himalaya memiliki kandungan gizi yang sangat mirip dengan garam biasa. Garam itu hanya lebih cantik dan lebih mahal harganya," ujarnya dikutip dari TIME.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) Dr Tunggul D Sitomorang, SpPD-KGH, FINASIM menyebut bahwa garam pink Himalaya belum memiliki bukti ilmiah yang menunjukkan manfaat kesehatan, terutama untuk pengidap diabetes.
"Orang-orang itu sering mencari yang tidak jelas padahal yang jelas (terbukti), banyak. Kedokteran menerima hal yang sudah based on evidence, bukan soal testimoni. Harus dibuktikan 'ini' bisa dibuat untuk 'ini'," katanya beberapa waktu lalu.
(wdw/up)











































