"Saya akan memprogramkan untuk kerjasama dengan Menteri Pendidikan, saya akan programkan untuk masuk ke sekolah-sekolah dalam bentuk modul kesehatan reproduksi," jelas Hasto kepada wartawan di Kepatihan Yogya, Kamis (7/11/2019).
Menurutnya, materi kesehatan reproduksi perlu diajarkan kepada para siswa. Ia memastikan pemberian materi itu bukan dimaksudkan untuk mengajari cara berhubungan seks, melainkan agar para siswa paham dengan kesehatan reproduksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kalau sudah 20 tahun mulut rahimnya itu 'mendelep' bahasa Jawa-nya. Itu kalau berhubungan seks tidak mudah kena kanker mulut rahim. Itu yang harus dikenalkan di sekolah-sekolah. Jadi bukan semata-mata mengajari seks, bukan," lanjutnya.
Hasto menerangkan, pemberian materi kesehatan reproduksi penting dilakukan sejak dini. Upaya itu dilakukan supaya para siswa tersebut paham dan menjauhi berbagai potensi terjangkit penyakit akibat berhubungan seks yang menyimpang.
"Karena mereka bukan tenaga kesehatan, pasti lupa kalau terlalu lama. Jadi saya lebih ke sana, persiapan pernikahan itu. Hari ini cerai banyak lho, itu juga pembangunan keluarga menjadi tugas saya, perceraian tinggi sekali, di mana-mana," sebutnya.
"Kalau perlu kami akan mengusulkan Kantor-kantor Kementerian Agama untuk persiapan nikah itu konselingnya harus lebih lama, untuk mencegah perceraian, untuk mempersiapkan agar tidak terjadi stunting dan seterusnya," pungkas dia.
(ush/up)











































