"Katanya istrinya (Djaduk meninggal) jam 03.00 WIB karena serangan jantung," katanya.
Serangan jantung adalah kondisi yang terjadi saat aliran darah kaya oksigen ke otot jantung terhambat. Keadaan ini juga disebut infark miokard atau kejadian gawat darurat yang dapat berakibat fatal, jika tidak ditangani dengan cepat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari WebMD, gejala awal serangan jantung yang dapat dikenali antara lain, nyeri dada, sesak napas, pusing, detak jantung cepat, kelelahan, berkeringat, dan rasa nyeri pada lengan dan perut.
Sebelum meninggal, Suci Senanti selaku keponakannya mengatakan, Djaduk sempat mengeluh kesemutan pada dadanya hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Mati rasa disertai kesemutan di bagian dada jika tidak segera ditangani oleh bantuan medis, bisa menjadi serangan jantung.
Namun, menurut dokter spesialis jantung Mayapada Hospital Lebak Bulus, dr Ayuthia Putri Sedyawan, BMedSc, SpJP, FIHA, rasa kesemutan atau nyeri dada tidak selalu menjadi tanda serangan jantung.
"Jika ada nyeri dada, sebaiknya ke dokter. Karena harus kita bedakan penyebabnya fatal atau tidak. Karena nyeri dada juga bisa dikarenakan lambung, otot rangka, dll," ujarnya saat dihubungi detikcom.
Dikutip dari Medicinenet, saat kecapekan juga bisa menyebabkan serangan jantung. Kondisi ini membuat tubuh akan bernapas lebih cepat dan dalam untuk memasok oksigen lebih banyak, serta menyebabkan kram pada otot dan jantung.
Meskipun seperti Djaduk yang tidak pernah mengeluh gejala penyakit jantung, kita harus tetap harus mengenali faktor risikonya. Walaupun genetik dan usia tidak bisa dicegah, faktor lain seperti tekanan darah, diabetes, merokok, dan stres dapat diperbaiki dengan pola hidup yang sehat.
(up/up)











































