Keduanya dikait-kaitkan dengan ekshibisionisme. Butuh pemeriksaan lebih lanjut tentunya untuk memastikan apakah kedua perilaku cabul tersebut adalah aksi ekshibisionisme maupun gangguan jiwa.
Menurut psikiater dokter spesialis kesehatan jiwa dari Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Barat, dr Alvina, SpKJ, aksi ekshibisionisme adalah penyimpangan seksual (sexual deviation) yang dilatarbelakangi dengan adanya fantasi seksual atau dorongan seksual yang kuat yang terjadi dalam periode waktu enam bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Alvina juga mengatakan bahwa aksi ekshibisionisme juga termasuk gangguan jiwa di bawah payung gangguan parafilia atau penyimpangan seksual. Meskipun tidak ada ciri yang spesifik, menurut dr Alvina, orang dengan gangguan ini mungkin kesulitan dalam bersosialisasi dan memiliki kepercayaan diri yang rendah.
"Biasanya, target ekshibisionis biasanya orang asing yang tidak dikenal," lanjutnya.
Pada pelaku ekshibisionisme, mereka sesaat akan merasakan kepuasan seksual dan kemudian merasa bersalah namun tidak bisa menahan dorongan seksual sehingga melakukan aksinya kembali secara berulang.
(wdw/up)











































