Italia jadi negara dengan kasus virus corona (COVID-19) tertinggi kedua di dunia setelah China. Pada hari Senin (9/3/2020), Italia melaporkan peningkatan sekitar 25% kasus virus corona dari sebelumnya 5.883 menjadi 7.375 dan total korban meninggal 366 orang.
Melihat situasi jumlah kasus yang terus meningkat, otoritas setempat mengambil langkah drastis yaitu mengisolasi 16 juta orang di 14 provinsi. Langkah ini mendapat sorotan terutama dari negara-negara sekitar Italia.
"Italia mengambil langkah drastis karena virusnya sudah menyebar luas," kata ahli penyakit infeksi Bharat Pankhania dari University of Exeter Medical School, Inggris, seperti dikutip dari The New York Times, Senin (9/3/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengapa kasus virus corona di Italia bisa bertambah dengan pesat?
Studi yang dilakukan Rumah Sakit (RS) Sacco di Milan meneliti tiga sekuen genetik berbeda yang ditemukan di wilayah Lombardy. Hasilnya ditemukan jejak-jejak genetik yang mengonfirmasi virus corona sudah beredar di Italia bahkan sebelum kasus pasien pertama muncul pada 20 Februari 2020.
"Ada kemungkinan ketika COVID-19 tiba di negeri ini, ia masih dalam masa inkubasi dan infeksi berkembang pada orang dengan gejala ringan atau malah tanpa gejala sekali," kata Kepala Departemen Penyakit Infeksi RS Sacco, Massimo Galli.
Dikutip dari Al Jazeera, pada Desember tahun lalu beberapa rumah sakit di wilayah Utara Italia sebetulnya melaporkan sejumlah kasus pneumonia. Beberapa pasien bisa jadi membawa virus corona, namun dokter menanganinya seperti penyakit musim dingin biasa.
Pada akhirnya menurut Walter Ricciardi, anggota eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekaligus penasihat Kementerian Kesehatan Italia, fasilitas kesehatan turut berkontribusi terhadap penyebaran virus corona. Para tenaga kesehatan bolak-balik ke daerah yang terdampak tanpa menyadari ancaman virus.
"Rumah sakit menjadi pengganda kasus," pungkas Walter.
(fds/up)











































