Virus Corona setidaknya sama mematikannya dengan pandemi flu 1918 dan jumlah kematian bisa lebih buruk jika pemimpin dunia gagal mengendalikannya. Demikian tulis peneliti dalam studi yang diterbitkan di jurnal medis JAMA Network Open baru-baru ini.
"Apa yang ingin kami beritahukan kepada orang lain adalah ini (COVID-19) memiliki potensi seperti (pandemi) 1918. Ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan seperti flu," kata penulis utama studi, Dr Jeremy Faust dari Harvard Medical School dikutip dari CNBC.
Dalam studi tersebut, peneliti membandingkan kematian di New York selama puncak pandemi flu 1918 dengan kematian beberapa bulan pertama wabah COVID-19. Mereka menggunakan data yang dihimpun dari CDC, Departemen Kesehatan AS, dan Biro Sensus AS untuk melakukan analisis.
Peneliti menemukan meski kematian selama pandemi flu 1918 secara keseluruhan lebih tinggi, namun grafik kenaikan angkanya hampir sama dengan yang diamati dalam dua bulan pertama wabah virus Corona terjadi di New York.
"Jika tidak ditangani secara memadai, infeksi SARS-CoV-2 mungkin memiiki kematian yang sama atau bahkan lebih besar daipada infeksi virus influenza H1N1 1918," tulis Faust.
Meski demikian penulis studi mencatat bahwa penelitian mereka memiliki keterbatasan. Peneliti menyebut tidak diketahui ada berapa banyak kasus kematian COVID-19 yang bisa dicegah sejak wabah dimulai.
Sebuah studi terpisah yang diterbitkan pada 1 Juli di Jama Internal Medicine menemukan jumlah kematian COVID-19 di AS sebenarnya lebih tinggi dari yang dilaporkan.
Pejabat kesehatan masyarakat dan ahli penyakit menular di seluruh dunia sering membandingkan COVID-19 dengan pandemi flu 1918 yang telah menewaskan 50 juta orang di seluruh dunia.
(kna/up)