Tak hanya itu, oleh pengembangnya, Abyss Creations, robot ini juga dibuat peka terhadap sentuhan karena terbuat dari kulit sintetis dilengkapi dengan sensor-sensor listrik yang membuat mereka bisa bereaksi, bergetar, bergerak, dan tentu saja bisa berbicara.
"Robot-robot ini tinggal menyesuaikan apa orientasi seksual dari pemiliknya berikut selera mereka dalam bercinta," ungkap David Levy, penulis buku 'Love and Sex With Robots menanggapi inovasi ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Levy juga meyakini, ketika nanti peneliti di bidang kepintaran buatan (Artificial Intelligence) berhasil meningkatkan kemampuan komputer untuk berbincang layaknya manusia betulan, maka robot atau robot seks kelak memiliki kemampuan untuk merayu dan berbicara lembut saat bercinta.
Ini bukan inovasi pertama yang dikembangkan perusahaan asal California tersebut. Sebelumnya, Abyss pulalah yang menciptakan RealDolls, robot seks pertama yang diklaim sangat mirip manusia.
Baca juga: Tak Melulu Wanita, di AS Boneka Seks Juga Ada yang Berwujud Pria
Namun di sisi lain, keberadaan robot seks mulai mendapat tentangan dari masyarakat, termasuk dari kalangan akademisi. Salah satunya diungkapkan Dr Kathleen Richardson dari De Monfort University, Inggris.
Kemunculan robot seks dinilai oleh Kathleen hanya akan menguatkan stereotip terhadap wanita dan menegaskan bahwa hubungan itu hanya masalah fisik saja.
"Kami berpikir penciptaan robot semacam ini akan merusak hubungan antara pria dengan wanita, orang dewasa dengan anak-anak, pria dengan pria, dan wanita dengan wanita," tegasnya.
Baca juga: 5 Mainan Seks yang Bisa Bikin Anda Tercengang (lll/vit)











































