Tak jarang wanita merasa malu dengan rambut kemaluan. Padahal, rambut kemaluan berfungsi untuk membantu menjaga kebersihan dan kesehatan vagina. Mitos yang banyak beredar di masyarakat pun seringkali membuat wanita merasa resah dengan rambut kemaluan.
Padahal, mitos-mitos tersebut belum tentu benar.
Dikutip dari Health Shots, Minggu (10/10/2021), berikut mitos-mitos rambut kemaluan yang banyak dipercaya masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. MITOS: Rambut kemaluan membuat seks kurang menyenangkan
FAKTANYA: Mitos ini tergantung pada pilihan masing-masing dan tidak ada jawaban pasti. Kulit di daerah genital halus dan dilindungi oleh rambut kemaluan. Tak sedikit wanita berpikir rambut kemaluan berfungsi sebagai pelindung sehingga bisa mengurangi gesekan saat berhubungan seks. Sementara yang lain bisa menikmati seks dengan atau tanpa rambut kemaluan.
2. MITOS: Warna rambut kemaluan sama dengan rambut di kulit kepala
FAKTANYA: Warna rambut kemaluan dan rambut di kepala bisa berbeda. Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin di setiap rambut. Produksi melanin cenderung lebih banyak di area kemaluan, sehingga rambut area kemaluan lebih gelap.
3. MITOS: Rambut kemaluan yang lebat bisa menurunkan gairah
FAKTANYA: Rambut kemaluan bisa meningkatkan gairah karena penuh dengan feromon, terutama hal ini bekerja pada orang yang sensitif terhadap aroma. Namun, hal ini kembali lagi pada selera setiap orang.
4. MITOS: Rambut kemaluan tidak pernah berhenti tumbuh
FAKTANYA: Pada titik tertentu, rambut kemaluan akan berhenti tumbuh. Meski begitu, panjang rambut berhenti tumbuh bervariasi pada setiap orang. Umumnya panjang rambut berhenti antara 0,5 hingga dua inci.
5. MITOS: Tidak boleh mencukur rambut kemaluan jika memiliki kulit sensitif
FAKTANYA: Rambut kemaluan adalah rambut paling tebal di tubuh sehingga sangat mungkin kulit di sekitarnya sensitif. Oleh karena itu disarankan untuk tidak mencukur area tersebut dan dibiarkan tumbuh di area vagina.
Selain itu, mencukur secara agresif di dekat kulit berisiko nyebabkan gatal dan iritasi, terutama jika memiliki kulit sensitif.
6. MITOS: Rambut kemaluan melindungi dari Penyakit Menular Seksual
FAKTANYA: Belum ada studi yang secara jelas menemukan kaitan antara penyakit menular seksual (PMS) dengan rambut kemaluan. Meski demikian, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE mengungkapkan bahwa wanita yang melakukan waxing atau mencukur bulu kemaluan mereka tampaknya tidak memiliki risiko lebih tinggi tertular penyakit menular seksual (PMS).
Simak Video "Video: Kata Ahli soal Antisipasi Ancaman Kesehatan Pascabanjir"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)











































