5 Cara Simpel Cegah Kehamilan saat Bercinta

5 Cara Simpel Cegah Kehamilan saat Bercinta

Celine Kurnia - detikHealth
Kamis, 20 Apr 2023 21:00 WIB
5 Cara Simpel Cegah Kehamilan saat Bercinta
Ilustrasi berhubungan intim. (Foto: Getty Images/svetikd)
Jakarta -

Berhubungan intim merupakan bagian dari kehidupan pernikahan suami-istri. Selain menjadi cara untuk menyalurkan gairah kepada pasangan, seks juga bermanfaat untuk mendapat keturunan melalui kehamilan.

Sebagian pasutri mungkin hanya ingin berhubungan tanpa menyebabkan kehamilan setelahnya. Dikutip dari Parents, 5 kondisi ini memiliki peluang kehamilan lebih kecil setelah bercinta.

1. Menggunakan alat kontrasepsi (kontrol kelahiran)

Metode KB seperti patch (koyo KB), pil, cincin, implan, suntikan, atau IUD (spiral) secara signifikan mengurangi peluang wanita untuk hamil. Namun, kehamilan masih bisa terjadi meskipun kecil kemungkinannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Anate Brauer, MD, ahli endokrin reproduksi di Greenwich Fertility and IVF Centers, metode ini bekerja dengan berbagai cara. Misalnya IUD menghalangi sperma mencapai sel telur, sedangkan patch, pil, dan cincin mencegah ovulasi

Beberapa pil kontrasepsi berisi pil tidak aktif selama 4-7 hari dan tidak mengandung hormon apa pun. Ini mungkin cukup lama untuk memungkinkan perekrutan sel telur yang matang.

ADVERTISEMENT

"Ini sering disebut sebagai 'pelarian ovulasi' dan merupakan salah satu alasan kegagalan kontrasepsi hormonal oral," kata Brauer.

Kehilangan dosis kontrasepsi hormonal atau tidak meminumnya pada waktu yang sama setiap hari untuk pil harian dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan yang tidak disengaja.

2. Menggunakan metode 'pull-out'

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), 22% orang akan hamil dalam setahun dengan metode ini. Ketika digunakan sendiri sebagai alat kontrasepsi, tingkat kegagalannya sedang, tetapi dapat menurunkan peluang untuk hamil, terutama bila digabungkan dengan metode lain.

Metode ini melibatkan penarikan penis keluar dari vagina sebelum ejakulasi. Satu masalah adalah pra-ejakulasi atau pre-cum, yaitu keluarnya cairan dari penis sebelum ejakulasi sebenarnya yang dapat mengandung sperma aktif.

Mark Trolice, MD, spesialis endokrinologi reproduksi dan infertilitas di Florida mengatakan kebanyakan orang tidak menyadari kapan mereka melepaskan precum ini.

"Karena sulit untuk memprediksi kapan pra-ejakulasi terjadi, metode penarikan sering penuh dengan bahaya dan tentunya bukan metode yang paling dapat diandalkan di luar sana," katanya.

Beberapa penelitian menemukan metode ini dapat mencapai 96% efektif dengan penarikan yang sempurna. Tingkat kegagalannya dapat setinggi 24%. Oleh sebab itu, pilihlah metode kontrasepsi yang berbeda atau gabungkan dengan metode lain, seperti kondom.

3. Menggunakan kondom

Sangat penting menggunakan kondom untuk menghindari kehamilan atau infeksi menular seksual dengan benar. Penggunaan yang benar berarti kondom digulung ke penis atau dimasukkan ke dalam vagina untuk kondom wanita sebelum ada kontak antara alat kelamin dan kulit. Selain itu, penggunaan kondom lebih efektif jika memasangkannya dengan alat kontrasepsi lain, seperti IUD, pil, atau menarik penis sebelum ejakulasi.

Menurut HHS Office of Women's Health, kemungkinan hamil dengan kondom pria adalah sekitar 18 persen 21 persen dengan kondom wanita. Penggunaan kondom yang sempurna memperkecil peluang kehamilan menjadi 2 persen.

4. Menyusui

Beberapa ibu menyusui menggunakan metode amenore laktasi (MAL) atau 'metode menyusui' untuk mencegah kehamilan setelah melahirkan. Meskipun ini bisa menjadi metode yang efektif, orang sering salah memahami cara kerjanya. MAL sebagai salah satu bentuk KB mengandalkan jeda sementara pada ovulasi yang seringkali menyertai menyusui pada beberapa bulan pertama pascapersalinan.

"Saat menyusui, hormon estrogen, yang bertanggung jawab untuk mendapatkan menstruasi setiap bulan, ditekan. Selain itu, hormon yang merangsang produksi ASI, prolaktin, juga mencegah terjadinya ovulasi karena menghambat hormon yang memicu indung telur tumbuh dan melepaskan sel telur," jelas Sherry Ross, MD, OB-GYN, pakar kesehatan wanita di Santa Monica.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada kriteria khusus dalam menggunakan metode ini:

  • Tidak mengalami menstruasi
  • ASI eksklusif
  • Bayi tidak lebih dari 4-6 jam di antara waktu menyusui
  • Kurang dari 6 bulan pasca persalinan

Menyusui mengganggu hormon seseorang dan secara efektif dapat menekan ovulasi. Namun, tidak ada menstruasi setelah melahirkan bersifat sementara. Menstruasi dapat berlanjut bahkan saat seseorang masih menyusui.

5. Berusia di atas 44 tahun

Peluang seseorang untuk hamil semakin berkurang seiring waktu. Menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists, wanita dilahirkan dengan 1-2 juta sel telur. Saat pubertas, angka itu turun antara 300-500 ribu dan di akhir usia 30-an, mendekati 25 ribu saja. Menjelang menopause, hanya tersisa sekitar 1.000 sel telur.

Ini artinya peluang untuk hamil di usia pertengahan 40-an cukup tipis, meski bukan tidak mungkin. Antara usia 40 -45 tahun, kesuburan menurun sebanyak 95%.

Menurut Ross, orang yang berusia di atas 44 tahun memiliki peluang kurang dari 5% untuk hamil setiap bulan. Namun, usia itu bukanlah 'metode' yang efektif untuk menghindari kehamilan. Gunakan metode KB lainnya sebelum resmi memasuki masa menopause.




(naf/naf)

Berita Terkait