Sindrom Kepala Meledak, Cerita Nielsen yang Punya 'Bom' di Kepalanya

Sindrom Kepala Meledak, Cerita Nielsen yang Punya 'Bom' di Kepalanya

- detikHealth
Senin, 13 Apr 2015 14:05 WIB
Sindrom Kepala Meledak, Cerita Nielsen yang Punya Bom di Kepalanya
Illustrasi: Thinkstock
Washington - Mungkin terdengar aneh dan membingungkan, namun kondisi yang disebut sindrom kepala meledak benar-benar ada. Orang dengan kondisi ini bisa merasakan ledakan elektrik keras yang terjadi di dalam otaknya.

"Tiba-tiba ada suara kresendo, kemudian ledakan yang besar dan bergemuruh, dengingan elektrik, serta kilatan menyilaukan di penglihatan saya seperti seseorang menyalakan lampu sorot tepat di wajah," ujar Niels Nielsen menggambarkan rasanya memiliki sindrom seperti dikutip dari BBC pada Senin (13/4/2015).

Nielsen adalah salah satu pengidap sindrom kepala meledak yang dianggap langka. Meski namanya mungkin terdengar menakutkan, orang dengan kondisi ini akan tetapi kepalanya tak benar-benar akan meledak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang seperti Nielsen dapat merasakan apa yang digambarkan seperti ada bom meledak di kepala ketika mau tidur. Terkadang fenomena ini terjadi sekali seumur hidup tetapi pada beberapa orang ada juga yang terjadi berkali-kali sehingga dapat menyebabkan gangguan tidur.

Baca juga: 10 Gangguan Tidur yang Menakutkan

Brian Sharpless, peneliti psikologi dari Washington State University yang mempelajari sindrom kepala meledak mengatakan ada beberapa teori yang bisa menjelaskannya. Studi-studi menunjukkan bahwa ada aktivitas neurologi mendadak di otak yang terjadi bersamaan dengan 'ledakan'.

"Kami menduga bahwa seluruh neuron menembakkan sinyalnya secara bersamaan," kata Sharpless mencoba menjelaskan dari mana suara ledakan berasal.

Tidak ada obat untuk sindrom kepala meledak namun Sharpless mengatakan bahwa hal-hal seperti stres dan kurang tidur dapat memperparah gejala. Akan tetapi sayangnya orang-orang kurang mengetahui sindrom ini dan semakin stres ketika gejala terjadi.

Nielsen sendiri mengaku sering alami sindrom setidaknya sekali dalam sebulan sejak berusia 10 tahun. Hanya saja ia bisa tetap tenang berkat pengetahuannya sebagai seorang psikiater.

"Saya punya tendensi untuk berpikir ilmiah jadi sejak remaja pun saya berpikir 'oh sesuatu terkait kelistrikan terjadi di otak saya', tanpa memikirkannya lebih panjang," tutup Nielsen.

Baca juga: Benturan Berulang di Kepala Bisa Merusak Saraf

(fds/vit)

Berita Terkait