Vickie Harwood didiagnosis mengidap asma sejak 20 tahun lalu. Ia juga dilaporkan memiliki riwayat GERD (gangguan pencernaan di mana asam lambungnya mudah naik ke kerongkongan dan memicu mual). Akan tetapi belakangan ia mudah batuk, terutama saat berada di kantor.
"Saya seperti gadis dalam gelembung, tetapi jika saya menjauh dari teman-teman saat diajak berbicara, mereka jadi tersinggung. Padahal saya hanya tak ingin batuk-batuk," tuturnya.
Keanehan mulai dirasakan Vickie di pertengahan tahun 2014. Saat itu pihak asuransi memberitahukan bahwa mereka tak perlu lagi membayar biaya obat-obatan asma yang dikonsumsi Vickie selama ini, lantaran dokternya telah meresepkan inhaler baru. Namun baru dipakai beberapa minggu, ia malah batuk-batuk. "Tenggorokan saya terus saja terasa gatal," ingatnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebetulan di tahun 1990-an, Vickie pernah menjalani operasi pengangkatan polip jinak di pita suaranya. Namun ketika ia memeriksakan diri dan menjalani serangkaian tes, dokter mengatakan tak ada tanda-tanda polip baru. "Bahkan ia tak bisa mengatakan ada apa dengan saya, jadi ia menyimpulkan itu karena asma," jelas Vickie seperti dikutip dari Washington Post, Jumat (7/8/2015).
Wanita yang tinggal di Phoenix, Arizona itu lantas mencurigai parfum yang ia pakai sebagai pemicunya. Tapi walaupun ia berhenti menggunakannya, parfum yang dikenakan orang lain ternyata juga menimbulkan efek yang sama. Semakin aneh lagi karena ia tidak akan batuk-batuk jika berada di luar kantor, kecuali jika ia mencium aroma parfum yang kuat.
Ia juga mudah sekali kelelahan. Padahal Vickie rutin jalan kaki selama 30 menit dan berenang setiap harinya. Dan karena kondisinya, kedua kegiatan itu otomatis terhenti.
Baca juga: Batuk Tak Juga Reda, Ternyata Ada Liontin di Tenggorokan Bocah 20 Bulan Ini
Hingga akhirnya pada akhir Juli lalu, ia mencoba menempati ruangan salah seorang rekan kerjanya yang sedang tugas ke luar kota. Ia menutup pintu dan menyalakan kipas angin, dan setelah beberapa hari berada di sana, ia mulai merasakan keadaannya membaik.
Vickie menduga inhaler barunya membuat dirinya menjadi peka terhadap wewangian. Ia pun mengungkapkan hal itu kepada sang dokter dan mereka sepakat untuk kembali menggunakan resep obat Vickie yang lama. Tapi bukannya sembuh, Vickie tetap saja batuk-batuk. Bahkan ia
makin sensitif terhadap aroma parfum, termasuk dari suaminya.
Gerah dengan kondisinya, Vickie memutuskan berkonsultasi dengan seorang dokter ahli asma yang menyatakan bahwa batuk Vickie tidak dipicu asma, melainkan GERD. Untuk itu ia direkomendasikan ke seorang ahli pencernaan. Di sana ia diberi resep obat penahan asam lambung, namun tidak juga membaik.
Khawatir telah merusak paru-parunya, Vickie beralih ke seorang dokter ahli paru-paru bernama Elinor Schottstaedt pada November lalu. Elinor menanyakan mengapa suara Vickie serak dan bolak-balik berdehem, wanita berusia 61 tahun itu pun menjawab bahwa ia terserang asma.
"Itu gejala yang tak biasa, dan saya lihat ia tidak memiliki alergi, seperti halnya orang asma, dan tidak juga mengi," terang Elinor. Elinor menambahkan kepekaan Vickie pada parfum juga tidak identik dengan gangguan paru-paru seperti asma, begitu juga dengan riwayat asam lambung dan kelelahan yang dialaminya selama ini.
Elinor menduga Vickie mengidap sebuah kondisi yang disebut 'vocal cord dysfunction (VCD)'. VCD memang kerap keliru didiagnosis sebagai asma, bahkan ia sering menemukan kasus di mana pasien mengalami kedua kondisi tersebut sekaligus, hanya saja Vickie memang tidak mengidap asma.
VCD terjadi karena pita suara tak dapat terbuka sepenuhnya karena otot-ototnya mengencang. Akibatnya pasien biasanya sulit bernapas dan batuk-batuk. Namun diakui Elinor, GERD atau menghirup aroma yang kuat dapat memperburuk atau memicu VCD. Untuk memastikannya, Elinor juga melakukan 'videostroboscopy', sebuah metode tes menggunakan semburan cahaya yang bergerak dengan cepat untuk melihat pergerakan pita suara. Benar saja, pita suara Vickie tak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Elinor juga mengatakan Vickie mengidap sleep apnea, sehingga ia merekomendasikan sebuah mesin CPAP untuk memperbaiki kualitas tidurnya. Vickie lantas meminta resep obat penahan asam lambung yang lebih kuat demi meredakan gejala GERD-nya. Atas rekomendasi Elinor juga, Vickie pun menjalani terapi bicara demi mengembalikan fungsi pita suaranya.
Baca juga: Batuk Tak Kunjung Sembuh, Ternyata Penjual Bunga Ini Alergi Serbuk Sari
Setelah beberapa minggu menjalani pengobatan, akhirnya Januari lalu Vickie sudah bisa duduk di kubikelnya untuk pertama kali setelah berbulan-bulan. "Satu-satunya hal yang membuat saya marah adalah saya dikatakan punya asma dan harus minum obat yang tidak saya butuhkan selama 20 tahun," tutupnya.
Namun dari hasil scan yang dilakukan baru-baru ini, Dr Patel memastikan aneurisma di otak pasien ini tidak muncul lagi. (lll/up)











































