Hasilnya tim peneliti dari Ohio State University sukses mengembalikan gerakan pada jari-jari Ian. Chip bekerja dengan cara merekam sinyal otak dan mengirimnya untuk diolah komputer lalu kemudian diteruskan ke lengan baju elektronik khusus yang secara langsung menstimulasi otot-otot terkait.
Dilaporkan dalam jurnal Nature bahwa setelah berjam-jam menjalani sesi latihan Ian kini dapat menyentuh dan memindahkan objek besar, menuang air ke dalam gelas, serta menggesek kartu kredit, bahkan bermain gitar sederhana. Sesi latihan dibutuhkan supaya Ian terbiasa 'membayangkan' gerakan apa yang diinginkan agar terdeteksi oleh chip di otaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ian berlatih menggerakkan tangannya selepas implan ditanam (Foto: Ohio State University) |
"Anda harus membagi tiap bagian gerakan dan benar-benar membayangkannya dengan konsentrasi penuh. Untuk pertama kalinya dalam 19 tahun terakhir, hal itu adalah sesuatu yang saya sia-siakan," kata Ian seperti dikutip dari BBC.
Ahli saraf dr Ali Rezai yang menanam chip untuk Ian mengatakan hal ini adalah sebuah langkah besar dalam bidang cedera saraf tulang belakang. Pada tahun 2012 lalu dilaporkan juga seorang wanita bisa mengontrol lengan robot lewat pikirannya dan konsep yang sama diterapkan juga untuk eksperimen hanya saja kali ini pada tubuh pasien sendiri.
"Ini benar-benar memberikan harapan. Kami yakin, untuk banyak pasien di masa yang akan datang teknologi ini akan terus berevolusi dan semakin matang sehingga orang yang lumpuh karena cedera tulang belakang atau otak bisa kembali mandiri," kata dr Ali.
Ian sendiri mengalami kelumpuhan karena kecelakaan yang terjadi saat ia lompat bebas ke air enam tahun yang lalu. Cedera yang dialaminya cukup parah sehingga sinyal gerak yang dikirim ke otaknya tak bisa sampai ke seluruh bagian tubuh mulai dari siku ke bawah.
Baca juga: Lumpuh dan Belajar Musik Hanya dari Mata, Pria Ini Terpilih Masuk Orkestra (fds/vit)












































Ian berlatih menggerakkan tangannya selepas implan ditanam (Foto: Ohio State University)