Semangat Haifa, Remaja yang Didiagnosis CML Saat Berusia 16 Tahun

True Story

Semangat Haifa, Remaja yang Didiagnosis CML Saat Berusia 16 Tahun

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Rabu, 28 Sep 2016 13:04 WIB
Semangat Haifa, Remaja yang Didiagnosis CML Saat Berusia 16 Tahun
Haifa/ Foto: Radian Nyi S
Jakarta - Saat itu usia Haifa Chairunisa (20) masih cukup belia, 16 tahun. Namun, ia didiagnosis Chronic Myeloid Leukemia (CML) atau dalam bahasa Indonesia disebut juga Leukemia Granulositik Kronik (LGK).

Awalnya, gejala CML tak terlihat oleh Haifa. Hanya saja, berat badannya terus turun, sering demam tanpa sebab, dan mudah lelah, ngantuk, serta lemas. Kondisinya memburuk ketika Haifa mual parah hingga tak bisa makan. Haifa pun periksa ke dokter dan hanya diberi obat suntik untuk meredakan mual.

"Tapi dokter udah curiga pas perut saya ditekan kok sakit. Akhirnya diminta cek darah dan di-USG abdomen, di situ ketahuan limpa saya bengkak. Leukosit juga kadarnya sampai sekitar 250 ribu. Akhirnya dioper ke spesialis hematologi," tutur Haifa saat berbincang dengan detikHealth usai diskusi bersama Himpunan Masyarakat Peduli Elgeka baru-baru ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, Haifa masih duduk di kelas 2 di SMA 62 Jakarta. Diagnosis CML tak pelak membuat Haifa harus sering izin tidak masuk sekolah. Awal mendapat diagnosis CML, shock pastinya dialami Haifa. Terlebih, mendiang tante Haifa meninggal karena leukemia.

"Saya kayak merasa aduh hidup saya nggak lama lagi nih. Setelah itu dikasih obat sama dokter, saya pasrah. Alhamdulillah membaik dan sekarang sudah tenang tapi ya ada perasaan takut juga," kata gadis yang hobi membaca buku ini.

Meski mengidap CML, Haifa tetap berusaha semangat menjalani hari-harinya. Pasalnya, ia merasa masih ada mimpi yang belum tercapai sehingga dirinya harus tetap bertahan dan semangat. Menjadi anak sulung juga membuat Haifa tetap optimistis menjalani kesehariannya untuk nanti bisa membantu orang tuanya membiayi kehidupan sang adik yang saat ini berumur 5 tahun.

Baca juga: Kisah Perjuangan Tari Jalani Program Kehamilan Meski Idap CML

Dukungan pun tak henti-hentinya mengalir dari orang sekitar, terutama ayah dan ibu Haifa. Teman di sekolah, kampus, dan sanak saudara juga selalu mensupportnya.

"Kalau mama nyemangatinnya dengan mengingatkan saya kalau saya masih ada keluarga di sini yang mendukung saya. Mama bilang 'kita semua perlu kamu jadi kamu jangan patah semangat dan putus asa, kamu harus tetap hidup,' gitu kata mama," kata Haifa.

Karena kondisinya belum stabil, saat ini Haifa masih mengonsumsi imatinib mesylate dengan dosis 300 sampai 400 mg. Efek yang ia rasakan setelah minum obat di antaranya mual, pusing, dan nyeri. Agar tak terlalu mual, Haifa mengonsumsi obat di malam hari dengan cara mengonsumsi obat 2 tablet lebih dulu, baru 15 menit kemudian ia minum 1 tablet obat.

Sebagai upaya menjaga kesehatannya, Haifa sebisa mungkin menghindari asupan mengandung MSG, pengawet, dan pewarna makanan. Saat ini, Haifa tercatat sebagai mahasiswi sastra Inggris di UNJ. Bukan hal yang mudah bagi Haifa bisa diterima di UNJ dengan kondisi tubuhnya yang saat itu belum stabil.

"Pas UAN, persiapan sih belajar aja, biarin aja udah penyakitnya. Nyiapin kondisi badan paling minum obat, makan, jangan fokus ke penyakit tapi fokus ke UN sama tes PTN-nya. Saya masuk UNJ lewat ujian mandiri gitu," kata Haifa.

"Perjuangannya benar-benar kan dari SNMPTN sampai ujian mandiri terus-terusan belajar, sempat stres juga, badan drop. Sempat dirawat di rumah sakit juga jelang tes masuk PTN," pungkasnya.

Baca juga: Banyak Makan Buah dan Sayur Saat Remaja, Risiko Kanker Payudara Bisa Drop

(rdn/vit)

Berita Terkait