Fakta ini seolah menguatkan adanya 'bakat' kanker dalam diri Lindsay. Hal ini juga dipastikan dengan hasil tes yang dilakukan Lindsay di usia 22 tahun, yaitu adanya mutasi gen BRCA1 dalam dirinya.
Karena keberadaan mutasi gen ini berarti Lindsay mempunyai peluang sebesar 55-70 persen untuk terkena kanker payudara dan 40 persen untuk kanker ovarium.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, di usia 30 tahun, ia mulai membekukan sel-sel telurnya untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu menjalani operasi pengangkatan ovarium. Namun kemudian tahun lalu Lindsay ditawari untuk menjalani IVF atau prosedur bayi tabung agar keturunannya kelak terhindar dari 'warisan' gen tadi.
Menurut dokter, jika pasien setuju melakoninya, sudah ada teknologi medis yang mampu mendeteksi ada tidaknya mutasi gen BRCA pada embrio. Bila hasilnya positif, pasien berhak memutuskan apakah berniat menanam embrio itu ataukah tidak ke dalam rahimnya.
"Awalnya sempat ragu tapi suami mendorong saya untuk melakukannya, karena ini kesempatan bagi kami," tutur Lindsay kepada ABC News dan dikutip Rabu (26/10/2016).
Kebetulan istri pertama dari suami Lindsay juga meninggal karena kanker payudara. Keduanya akhirnya sepakat untuk menjalani IVF agar tetap bisa memiliki keturunan.
Dr Elisa Port dari Mount Sinai Hospital, New York memaklumi kekhawatiran Lindsay. Selain Lindsay, masih banyak lagi wanita yang mengaku tidak siap punya anak setelah didiagnosis memiliki mutasi gen BRCA dalam dirinya.
"Bukan hanya soal biaya yang dibebankan, tetapi juga pengalaman emosional yang bisa muncul karena menunggu apakah embrionya sukses ditanam atau tidak. Dan tidak semua wanita dengan gen BRCA subur dan bisa memiliki keturunan, salah satunya karena cadangan sel telur yang terus menurun," terangnya.
Hal ini juga dialami Lindsay. Ketika memeriksakan diri, wanita berusia 34 tahun itu diberitahu jika cadangan sel telurnya menurun secara drastis. "Dokter lantas menyarankan agar saya menjalani IVF secepatnya untuk meningkatkan peluang saya punya anak," ungkap Lindsay.
Pasangan ini akhirnya dipastikan memiliki empat embrio yang tidak mewarisi mutasi BRCA. Salah satunya kemudian ditanam di dalam rahim Lindsay dan baru saja lahir pada tanggal 30 September lalu.
"Ia sangat sempurna, dan kami merasa mimpi menjadi nyata," imbuhnya.
Baca juga: Dibanding di Barat, Kasus Kanker Payudara di Asia Lebih Tinggi
Aktris Angelina Jolie bisa jadi figur publik pertama yang meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini untuk mencegah kanker payudara. Jolie diketahui mewarisi gen pemicu kanker yang disebut BRCA1 dari sang ibu.
Yang menggemparkan adalah Jolie memutuskan melakukan tindakan mastektomi ganda di tahun 2013 untuk mencegah kanker itu menggerogoti tubuhnya. Kepada detikHealth, dr Drajat Suardi, SpB(K)Onk mengatakan keputusan Jolie ini dirasa tepat, meski sebenarnya ini tergantung pada individu masing-masing.
"Pengangkatannya dengan teknik subcutaneous, ini merupakan proses pengangkatan di mana seluruh jaringan payudara diambil tetapi tetap memikirkan estetikanya. Biasanya pembelahannya mengarah ke ketiak atau dibagian bawah payudara, setelah diangkat jaringan kulit dan putingnya tetap ditinggal lalu kemudian diisi dengan silikon," jelasnya, seperti diberitakan detikHealth sebelumnya.
Ditambahkan dr Drajat, upaya preventif ini dapat menurunkan peluang terkena kanker hingga tinggal 1-2 persen saja.
Baca juga: The Angelina Jolie Effect Tingkatkan Kewaspadaan Wanita Soal Kanker Payudara (lll/up)











































