Gara-gara Iseng Makan Siput Taman, Remaja Ini Koma Terus Lumpuh

Gara-gara Iseng Makan Siput Taman, Remaja Ini Koma Terus Lumpuh

Firdaus Anwar - detikHealth
Kamis, 08 Mar 2018 14:10 WIB
Gara-gara Iseng Makan Siput Taman, Remaja Ini Koma Terus Lumpuh
Jangan sembarangan mengonsumsi siput atau keong bila tak ingin terinfeksi parasit. (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Sam Ballard dari Australia masih berusia 19 tahun ketika ia menerima tantangan teman-temannya untuk makan siput taman pada 2010 lalu. Ketika itu Sam menelan seekor siput yang kebetulan ada di dekatnya tidak tahu bahwa hal tersebut akan jadi sesuatu yang disesali seumur hidup.

Tidak lama setelah menelan siput Sam langsung jatuh sakit dan terdiagnosa dengan infeksi cacing parasit Angiostrongylus cantonensis. Cacing ini umumnya menginfeksi tikus namun pada tahap awal siklus hidupnya ia bisa ditemukan pada siput dan keong.

Pada kasus Sam, cacing parasit menyerang otak menyebabkan infeksi serius. Sam koma selama 420 hari dan mengalami kelumpuhan dari leher ke bawah. Sam baru boleh pulang dirawat di rumah setelah menghabiskan tiga tahun di rumah sakit.

"Rasanya hancur. Hal ini telah mengubah hidup Sam, mengubah hidup saya juga selamanya. Dampaknya sangat besar," ujar sang ibu, Katie Ballard, seperti dikutip dari Fox News pada Kamis (8/3/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di usia 28 tahun Sam masih makan lewat selang dan harus dirawat sepanjang waktu dengan. Ia menderita kejang-kejang serta tidak bisa mengendalikan suhu tubuhnya.

Menurut Lembangan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) orang-orang bisa terinfeksi oleh cacing Angiostrongylus cantonensis bila mengonsumsi siput, keong, kodok, kepiting, dan udang yang tidak dimasak dengan baik.

Kasus seperti Sam bisa dibilang langka karena umumnya infeksi parasit hanya menyebabkan gejala demam, nyeri kepala, leher kaku, mual, hingga muntah. Bahkan menurut CDC tanpa diobati sekalipun cacing akan mati sendiri.

Studi yang dipublikasi di jurnal PLOS One menyebut bahwa kasus infeksi Angiostrongylus cantonensis tampaknya meningkat di seluruh dunia. Kemungkinan ini karena suhu bumi yang semakin hangat sehingga jangkauan habitat cacing untuk berkembang biak semakin luas.
(fds/up)

Berita Terkait