Jessica yang saat ini berusia 36 tahun didiagnosis hereditary diffuse gastric cancer (HDGC), yaitu sindrom kanker langka yang dapat membuat pasien mengembangkan kanker lambung difus di usia muda. Pada kanker lambung difus, sel kanker terbentuk di bawah lapisan lambung dalam kelompok kecil.
"Sepertinya begitu mengejutkan," ujarnya dikutip dari PEOPLE.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu bulan setelah diagnosis, Jessica menjalani operasi selama berjam-jam untuk menghubungkan kerongkongan ke usus kecilnya yang bertindak seperti perut pengganti.
Jessica menceritakan begitu kelamnya waktu menjalani berbagai prosedur. Selama 10 bulan berikutnya, Jessica mengalami kesulitan untuk makan dan harus dirawat di rumah sakit sebanyak empat kali karena jalur baru dari kerongkongan ke ususnya terus menutup.
"Bulan-bulan pertama itu adalah neraka. Tahun pertama adalah mimpi buruk. Rasanya seperti makan melalui jerami yang sangat kecil. Benar-benar mengerikan," ungkapnya.
Pada bulan Juli 2017, ia menjalani prosedur yang kedua untuk mengangkat jaringan perutnya. Operasi ini berhasil membuat jalur baru di perutnya tetap terbuka sehingga Jessica bisa makan dengan tenang.
Ia mengaku harus adaptasi dengan kondisi dirinya yang tidak memiliki perut. Jessica harus makan dengan porsi kecil karena ia mudah kenyang. Jessica juga membutuhkan suntikan vitamin B-12, dan kadar gulanya akan turun drastis jika terlalu banyak asupan karbohidrat dan terlalu rendah protein.
Anaknya menjadi sumber inspirasi Jessica. Ia sadar bahwa anaknya mungkin memiliki risiko 50 persen terhadap jenis kanker yang sama. Maka dari itu, Jessica ingin berjuang dan memperlihatkan perjuangan tanpa perut.
Rencananya pada tahun 2019, ia ingin menjalani mastektomi untuk mencegah perkembangan sel kanker merambat ke kanker payudara.
Saksikan juga video 'Renang Sejauh 163 KM, Ini yang Terjadi pada Atlet Belanda':












































