Namun semakin lama, ia mengaku perutnya mengeras seperti batu dan kerap merasa mual, bahkan ia hampir tidak bisa makan dan merasa sesak napas. Ini sudah ia rasakan sejak beberapa bulan yang lalu.
Saat hari ulang tahun cucunya pada Februari 2018 lalu, ia merasa ada yang benar-benar salah dalam tubuhnya. Brenda pun memutuskan untuk melakukan pemeriksaan CAT (Computerized Axial Tomography).
"Dia (dokter) menunjukkan kepada saya ada tumor pada pemindaian CAT dan itu sangat menakutkan karena memotong pasokan darah ke otak saya. Dia bilang mungkin dua minggu lagi hidup saya bisa mati," katanya dikutip dari Daily Mail.
Dokter mengatakan bahwa tumornya itu mendorong ususnya ke satu sisi, sehingga membuat perutnya naik ke bagian dada. Bukan hanya itu, ukura tumor pun tidak kecil, panjangnya mencapai 35 cm.
Brenda pun harus menjalani operasi pengangkatan tumornya. Selam dua setengah jam operasi berlangsung, tumor pun bisa dikeluarkan. Dan yang mencengangkan beratnya sekitar 22 kilogram. Beruntung, tumornya jinak dan disebabkan oleh endometriosis yang tidak terdiagnosis.
Endometriosis sangat sulit untuk didiagnosis karena gejalanya bisa sama dengan kondisi lain. Ini adalah kondisi yang menyebabkan lapisan rahim putus, melekat, dan tumbuh di tempat lain, sering di panggul atau ovarium.
Gejalanya biasanya berat badan meningkat, menstruasi yang menyakitkan, dan perdarahan.
"Saya mulai membaca semua cerita tentang ini dan itu mengenai endometriosis," ungkap Brenda.
Setelah operasi pengangkatan tumor, berat badan Brenda berkurang sekitar 29 kilogram. Ia pun menyadari betapa pentingnya untuk melakukan pemeriksaan medis secara rutin. Dan Brenda berharap tidak ada wanita lain yang mengalami hal seperti yang dialaminya.