Terdiagnosis Kanker Payudara Saat Hamil, Ibu Takkan Pernah Bisa Menyusui

ADVERTISEMENT

True Story

Terdiagnosis Kanker Payudara Saat Hamil, Ibu Takkan Pernah Bisa Menyusui

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Selasa, 19 Mar 2019 10:29 WIB
Ibu ini tak lagi bisa menyusui karena kanker payudara. Foto: thinkstock
Jakarta - Dua minggu sebelum jadwal rutin pengecekan kehamilannya, Sarah Hanan menyadari ada area yang terasa keras di payudaranya. Namun ia tak begitu memikirkannya, dan hanya meminta tolong dokter untuk mengeceknya.

Setelah menjalani USG dan biopsi, keesokan harinya dokter mengabarkan bahwa ia terdiagnosis kanker payudara dengan jenis yang sangat agresif dan harus menjalani kemoterapi. Ia dan suaminya Ben merasa sangat bingung sekaligus terasa seakan dunia mereka runtuh.

"Sangat mengerikan. Aku mulai berpikir, 'Aku tak ingin menjadi ayah tunggal. Aku tak mau kehilangan istri dan anakku. Semua dokter berkata sejauh yang mereka tahu, kemo akan memiliki efek buruk untuk bayi. Tapi kami tak punya pilihan lain," tutur Ben, seperti dikutip dari BBC.

Menurut Macmillan Cancer Support, kemoterapi merupakan salah satu penanganan paling umum dilakukan selama kehamilan. Penelitian mengindikasikan bahwa bayi di dalam ibu yang menjalani kemoterapi tidak memiliki masalah yang berbeda ketimbang yang tidak, namun itu tak menghentikan Sarah untuk tetap khawatir.


Walau ia merasa amat buruk, ia tetap berjuang untuk dapat bisa membesarkan anak laki-lakinya. Namun saat penanganan pertamanya, tumor di payudara Sarah dua kali lipat lebih besar. Ia menyebut efek samping kemoterapi tetap tak ada apa-apanya ketimbang morning sickness yang ia rasakan di trimester pertama kehamilannya.

Sarah terus berjuang, bolak-balik antara kemoterapi dengan kehamilannya. Pada Januari lalu, ia melahirkan bayi laki-laki sehat bernama Noah, setelah tiga minggu berhenti kemoterapi untuk sementara. Lalu melanjutkannya seminggu setelah Noah lahir.

Tes genetik mengungkapkan kanker payudara Sarah merupakan mutasi dari gen TP53, yang meningkatkan risiko mengakibatkan kanker di waktu lain. Oleh karena itu, ia dijadwalkan untuk menjalani mastektomi ganda pada bulan Mei dan berakibat ia tak bisa menyusui anak pertamanya itu ataupun anak berikutnya.

"Sebagai seorang ibu baru yang menunggu momen menyusui, hal tersebut sangatlah sulit untuk diterima. Aku benar-benar menunggu saat itu (menyusui), untuk bisa merawat anak laki-lakiku seperti itu. Beberapa wanita memilih untuk tidak melakukannya namun aku merasa hal itu seakan diambil dariku, bahwa aku tak punya pilihan lain," tandasnya.

(frp/up)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT