Dikutip dari Daily Mail, bocah dari Missouri, Amerika Serikat ini awalnya memiliki gejala flu ringan, seperti hidung meler dan sedikit batuk. Bibinya, Jessica Kile mengatakan bahwa tidak ada gejala yang signifikan sampai pada 18 Maret lalu suhu tubuh Layla meningkat hingga 41,6 derajat celsius.
"Dia benar-benar tidak responsif dan membuat gerakan mata kecil," ungkap Kile.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kebanyakan kasus, kondisi ini merupakan komplikasi dari flu yang sepertiga pasiennya tidak selamat. Pada kondisi ini, virus berkembang dari influenza hingga meradang di otak.
Biasanya gejalanya sangat ringan dan bahkan tidak tampak, namun pada saat itu bagian otak sudah membengkak dan rusak yang pada akhirnya mulai membunuh jaringan di otak.
Pada kondisi yang sudah parah, pasien mulai dengan gejala seperti flu, kemudian mengalami kejang, halusinasi, dan gerakan koordinasi yang sulit.
Sebelum mencapai kondisi itu, Layla dipaksa koma secara induksi agar dokter dapat memberikan cairan, antibiotik, dan bahkan transfusi darah untuka melawan penyakit itu.
Para dokter mengatakan belum melihat kasus seperti Layla setidaknya dalam satu dekade terakhir. Layla pun memiliki 50 persen peluang untuk bertahan hidup.
"Hanya waktu yang akan menentukan seperti apa hasilnya nanti. Layla adalah seorang pejuang dan telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan kecil setiap hari !!!" tulis seorang teman dari keluarganya di laman GoFundMe.
(wdw/up)











































