Chance Ammirata, mahasiswa baru itu sudah mengisap vape selama satu tahun belakangan. Awalnya ia bugar dan tidak pernah merokok, namun ia yakin bahwa vape yang diisapnya berbeda.
Dikutip dari DailyMail, Senin lalu ia merasa sisi terasa sakit. Kemudian Chance mencoba berbaring ke arah kiri juga menyakitkan. Asumsinya adalah kelelahan yang bisa jadi tanda-tanda tidak enak badan.
"Rasanya seperti dada saya runtuh, seperti saya mengalami serangan jantung," ujarnya.
Ia mengira bahwa baru saja ototnya tertarik, namun rasa sakitnya terus memburuk selama lima jam. Akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit. Tujuh dokter ahli yang termasuk yang termasuk dalam satu tim memeriksa Chance.
Para dokter mengatakan bahwa paru-paru Chance kolaps atau rusak. Chance pun dianjurkan untuk menjalani pembedahan untuk memasukkan tabung ke paru-parunya agar tetap mengembang.
"Ketika mereka (dokter -red) melakukan operasi besar yang sebenarnya untuk memulihkan paru-paru saya, dokter bedah berkata 'apapun yang kamu isap telah meninggalkan titik-titik hitam di paru-parumu'" ceritanya.
Ahli bedah pun dapat memperbaiki lubang-lubang di paru-paru Chance, namun titik-titik hitam mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih dan sepenuhnya hilang.
Berbagai varian vape telah mengklaim bahwa mereka adalah alternatif 'lebih aman' daripada rokok konvensional. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa nikotin di dalam vape membuat efek kecanduan. Di dalamnya juga terdapat bahan kimia asetaldehida, formaldehida dan akrolein, zat yang dapat meracuni, merusak, dan melukai paru-paru.
Simak Video "Bahaya Vape Vs Rokok"
[Gambas:Video 20detik]
(wdw/up)